Pixels : Game Over Untuk Adam Sandler?

by Joedi Dance

Pixels : Game Over Untuk Adam Sandler?
EDITOR'S RATING    

Bukannya jadi film musim panas yang seru dan menegangkan, akankah Pixels jadi adalah pengingat bagi kita semua untuk berhenti menonton film komedi Adam Sandler?

Sutradara  : Chris Columbus
 
Penulis Naskah  : Tim Herlihy dan Timothy Dowling, berdasarkan film pendek 'Pixels' (2010) oleh Patrick Jean
 
Pemeran : Adam Sandler, Kevin James, Michelle Monaghan, Josh Gad, Peter Dinklage
 
 
 
 
Selamat datang di dunia dimana semuanya bisa terjadi. Dunia dimana Kevin James jadi presiden AS tanpa bisa mengucapkan 'catastrophe' dengan baik, Pac Man jadi antagonis dan menghancurkan kota New York, dan hanya Adam Sandler yang dapat menyelamatkan dunia. Dunia yang hanya ada di dalam imajinasi Pixels.
 
Dalam kisah ini, dunia terancam musnah ketika tiba-tiba ada serangan yang membuat kota hancur. Anehnya, serangan ini mengubah berbagai benda menjadi pecahan piksel seperti di game-game jadul. Musuh dunia kali ini adalah alien yang mengambil wujud game 8 bit di tahun 80an, dan yang bisa menyelamatkannya hanyalah para juara dunia arcade yang terdiri dari Brenner (Sandler), Ludlow (Gad), Eddie (Dinklage), dan dibantu oleh Kolonel Violet (Monaghan).
 
 
Buat saya pribadi, ada dua jenis film dengan ide konyol. Jenis yang pertama adalah film konyol yang menyenangkan untuk ditonton berulang kali. Lihat  Zoolander, Anchor Man, atau Scott Pilgrim VS The World. Sayangnya, dengan ide nyeleneh yang ada tidak membuat Pixels jadi tipe film yang pertama. Pixels masuk ke dalam jenis kedua, tipe film yang saking konyolnya jadi sangat membosankan.
 
Ide film Pixels sendiri super quirky. Unsur-unsur summer blockbuster ada di dalamnya : monster yang mengancam, pahlawan yang tak diperhitungkan oleh siapapun, dan adegan aksi super seru. Wrecked It Ralph sudah membuktikan bahwa game 8 bit gak usang buat dimodernisasikan. Di tangan yang benar, Pixels bisa jadi film musim panas yang super seru dan menyenangkan.
 
Hence, di tangan yang benar. 
 
Alih-alih, Pixels malah jadi tipikal film Adam Sandlers kebanyakan : karakter (sok) nerd yang pemalas, setting love and hate relationship yang (dimaksudkan untuk) unyu, plus joke-joke seksis. Chemistry antara Sandler dan Monaghan sama maksanya dengan saya mencoba memakai baju ukuran S : sesak dan tidak nyaman.
 
 
Hanya ada 2 catatan positif saya untuk PIxels : visual dan Josh Gad. Untuk ukuran visual, Pixels cukup memanjakan mata. Adegan kejar-kejaran antara Pac Man dan mobil-mobil Blinky, Pinky, Inky, dan Clyde membuat kita menahan nafas. Dan karakter Ludlow yang super freak sangat sesuai dengan nafas quirky film ini. Setidaknya, di tangan Gad, karakter Ludlow tidak satu dimensi belaka.
 
Karena ide "from zero to hero" baru akan berhasil ketika penonton merasa related dengan karakter utamanya. Dan tidak ada satu pun karakter di dalam film Pixels yang membuat penonton mengakar. Kalau ini video game, penonton tidak merasa ingin menjadi karakter utama dan berusaha ingin bertahan hidup dan menyelesaikan permainan. Penonton hanya ingin cepat-cepat selesai, hingga kata "Game Over" terpampang jelas di layar.
 
 
 

Artikel Terkait