Aladdin: Hampir Semagis Film Orisinalnya

by Dwi Retno Kusuma Wardhany

Aladdin: Hampir Semagis Film Orisinalnya
EDITOR'S RATING    

Keindahan Agrabah terwujud nyata di layar lebar

Generasi ’90-an yang tumbuh besar menonton film-film kartun Disney tentu tahu betapa magical-nya kisah Aladdin. Pengisi suara yang pas dan lagu-lagu yang ear catchy membuat film ini tak lekang dimakan waktu. Ditonton kapan pun tetap terasa luar biasa. Keputusan Disney untuk “mengorangkan” Aladdin jelas menimbulkan tanda tanya bagi banyak pihak. Apakah kesuksesan film tahun 1992 tersebut bisa menular ke remake-nya di tahun 2019 ini?

Aladdin masih seorang pencuri yang tinggal di jalanan kota Agrabah bertemankan monyet cerdik Abu dan Jasmine masihlah putri raja yang dilarang keluar istana. Keduanya bertemu dan saling tertarik satu sama lain hingga akhirnya jatuh cinta. Musuh keduanya masih sama, yaitu Jafar dengan burung beo merah Iago.

Secara keseluruhan, kisahnya memang tidak banyak berubah. Namun, versi 2019 berusaha mengedepankan isu modern, yaitu “girl power”. Alih-alih digambarkan lemah, Jasmine adalah putri yang tidak segan-segan mengutarakan pendapatnya meski mendapat banyak tentangan. Tidak hanya itu, diselipkan kisah sampingan yang menarik dan mengundang tawa, yaitu hubungan antara Genie dengan dayang Putri Jasmine.


Naomi Scott yang kemarin memerankan ranger pink Kimberly dalam Power Rangers (2017) cukup berhasil menghadirkan sosok Putri Jasmine dengan karakter kuat tersebut. Mengingat ia juga seorang penyanyi, lagu-lagu yang dibawakannya pun cukup enak didengar. Dan, meski belum dapat menandingi karisma Robin Williams dalam menyuarakan Genie, Will Smith berhasil menghadirkan sosok Genie yang bawel, tapi kuat dan baik hati. Sedikit miscast mungkin terasa pada karakter Jafar yang terasa kurang mengancam dan raut wajahnya jauh dari kesan licik.

Guy Ritchie jelas patut diacungi jempol karena berhasil menghadirkan suasana Agrabah yang indah. Meski begitu ciri khas adegan yang berpindah dengan cepat (seperti dalam Sherlock Holmes atau King Arthur besutannya) tidak tampak di sini. Bisa dibilang, Ritchie bermain aman mengingat film ini ramah terhadap penonton anak-anak dan jauh dari kekerasan.

Beberapa mungkin beranggapan bahwa Aladdin 1992 masih yang terbaik. Namun, tidak ada salahnya menyaksikan versi terbaru ini dan melihat bagaimana keajaiban dunia Arab diubah menjadi nyata dengan lagu-lagu yang dijamin akan membuat kita ikut bernyanyi tanpa sadar di dalam bioskop.


 

 

 

 

Artikel Terkait