Komedi penghilang penat yang ringan dan unik.
Jika Anda
penat dan hendak menikmati komedi ringan tapi unik, film ini bisa menjadi
pilihan. Walau posternya terkesan norak, tapi lelucon di dalamnya pas untuk memancing
tawa. Tapi, itu kalau selera tawa Anda adalah rakyat biasa, bukan kaum 1% yang
hobi baca The Economist. Lelucon yang
ada adalah karikatural dan agak slapstick,
tetapi masih lucu. Apalagi penduduk Desa Cempluk laksana penduduk Desa Galia
dalam komik Asterix dan Obelix yang lucu-lucu.
Alkisah
hubungan Edy (Rizky Nazar) dan Eni (Michelle Ziudith) terancam ambyar, lantaran
Eni akan dijodohkan dengan orang kaya bernama Pietoyo (Dwi Sasono) yang gemar
nge-vape. Didukung oleh Ibunya (Ria Irawan), Edy berhasil merayu orang tua Eni,
Pak Soleh (Totos Rasiti) dengan mengatakan bahwa Edy akan berangkat Haji tahun
ini. Loh kok bisa tahun ini, bukannya antri haji itu lama ya?
Inilah
salah satu kecerdikan film ini yang mengisahkan Edy tertipu biro haji abal-abal
bernama “Second Travel” yang akan mengingatkan kita akan First Travel yag
menghebohkan itu. Lalu bagaimana Edy? Akankah dia pulang kampung menanggung
malu? Pura-pura jadi haji? Atau menemukan teman dan keluarga baru dalam
penderitaan?
Kekuatan
film ini adalah dalam cerita dan suasana yang Indonesia banget, bahkan suasana
rumah dan rakyatnya sangat “relatable”.
Jadi ini bukan rumah keluarga 1% yang gemar mendengar musik Indie dengan
perabotan IKEA terkini. Bahkan penempatan produk iklan produk tabungan perbankan
dalam filmnya juga terasa alami, tidak dipaksakan. Di balik kelucuan yang ada, film
ini berhasil menyajikan kritik sosial yang ringan akan berbagai hal yang pernah
terjadi di Indonesia.
Nantikan
parodi dari Padrijon dan seorang bocah yang sepertinya mirip-mirip vlogger Thunder family.