Qodrat: Perjalanan Penuh Aksi Berbalut Religi Sang Perukyah

by Redaksi

Qodrat: Perjalanan Penuh Aksi Berbalut Religi Sang Perukyah
EDITOR'S RATING    

Perukyah yang juga pandai silat

Di tahun 2022 ini, rasanya tidak ada habis-habisnya kita digempur film-film horor di bioskop. Meski satu genre, tapi temanya beragam. Yang terbaru adalah sebuah horor dengan sisipan religi dan aksi, Qodrat. Disutradarai oleh Charles Gozali, Qodrat mempertemukan pasangan suami-istri Vino G. Bastian dan Marsha Timothy yang untuk pertama kalinya bermain bersama di film horor. 

Berkisah mengenai pria bernama Qodrat (Vino) yang kembali ke pesantren tempat dulu menuntut ilmu, Pesantren Kahuripan, karena gagal merukiah anaknya dari setan bernama Assuala. Tapi, situasi pesantren sepi dan desa di dekatnya pun seperti menguarkan suasana kelam dengan tanaman jagung yang mati dan penduduk desa banyak yang kesurupan. Sebuah kejadian membuat Qodrat bertemu dengan Yasmin (Marsha) dan kedua anaknya, Alif dan Asha. Tanpa Qodrat tahu, dia akan berhadapan kembali dengan musuh lama yang telah merenggut anaknya.

Menyebut Qodrat sebagai film horor, rasanya kurang pas. Memang, ada adegan jump scare, tapi nyaris tidak ada penampakan apa pun di sini. Tidak ada hantu pucat atau bermuka rusak. Yang ada hanya orang-orang kesurupan. Tapi, itu pun sudah cukup meneror. Selain itu, ada selipan beberapa adegan aksi yang nggak kalah seru dengan film sejenis sehingga, menurut kami, genre Qodrat yang pas adalah action-supernatural. Kalau dicari perbandingannya, lebih mirip Constantine atau The Divine Fury (Korea Selatan) daripada The Exorcist.


Meski film horor pertamanya, tapi Vino patut bangga karena kejeliannya dalam memilih horor dengan naskah yang rapi. Penonton seakan dibawa mengikuti sosok Qodrat dari yang berjuang demi anaknya, putus asa, hingga akhirnya menemukan keimanannya kembali. 

Sejak adegan pertama sampai akhir, nyaris nggak ada momen bosan. Puncaknya, ditutup dengan pertarungan Qodrat dan Assuala dengan estetik. Adegan yang seperti menggambarkan yin -yang kebaikan vs. kejahatan itu terlihat stylish dan layak dipertimbangkan untuk dijadikan poster. Satu hal yang mungkin terasa aneh adalah perubahan Qodrat yang tiba-tiba jadi bad boy di penghujung film. Tapi, memang tidak ada aturan bahwa perukyah tidak bisa berpakaian seperti itu. 


Kekurangan terasa pada dialog di beberapa adegan yang tidak jelas terdengar, terutama saat adegan kesurupan dan kalau Qodrat berteriak. Sebagai penonton, kami sering harus bertanya ke teman sebelah, "Dia ngomong apa sih?" dan itu agak disayangkan. Selain itu, begitu lampu bioskop menyala, masih ada sedikit pertanyaan, seperti siapa itu Assuala? Apa ada masa lalu Qodrat yang bersinggungan dengan Assuala hingga terus dikejar ke mana pun dia berada? 

Semoga saja kata-kata "Qodrat Will Return" yang disematkan di ujung film akan memberikan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Selain itu, menarik juga melihat perubahan karakter Qodrat di film keduanya nanti, yang sekarang mengingatkan kita dengan pemburu setan, John Winchester, di serial Supernatural di film. Siapa tahu, Qodrat akan me-rukyah orang-orang kota besar, seperti Constantine?