Ipar Adalah Maut: Drama Perselingkuhan Solid, Beneran Bikin Emosi

by Redaksi

Ipar Adalah Maut: Drama Perselingkuhan Solid, Beneran Bikin Emosi
EDITOR'S RATING    

Karakter red flag bernama Aris kini nambah satu lagi.

Saat cerita viral yang bersumber dari kisah nyata diangkat jadi sebuah film, tentu ini jadi tantangan tersendiri. Alur dan ending jelas sudah ketebak, tinggal bagaimana sang pengolah naskah, sutradara, dan para aktornya menampilkan cerita jadi semakin menarik. Apalagi, kisah yang diangkat adalah perselingkuhan rumah tangga yang audiensnya banyak.

Kini, film Ipar Adalah Maut garapan Hanung Bramantyo dari kisah nyata yang diceritakan oleh storyteller akun Instagram @elizasifaa bisa jadi patokan kisah viral yang berhasil diadaptasi ke dalam film. Semua disuguhkan serba pas tanpa drama yang berlebihan. Tiap karakter hadir dengan segala kelebihan dan kekurangannya sehingga, mungkin, bikin kita ikut mikir, memang tidak ada asap jika tidak ada api.

Ipar Adalah Maut mengisahkan Nisa (Michelle Ziudith) yang pernikahannya hancur karena perselingkuhan sang suami, Aris (Deva Mahenra), dengan Rani (Davina Karamoy), adik kandungnya sendiri. Jalan cerita dimulai dari masa perkenalan Nisa yang masih kuliah, bertemu Aris si dosen muda, kemudian pacaran, lulus, lalu menikah. Saat giliran Rani tumbuh dewasa dan mulai kuliah, ide untuk ‘numpang’ tinggal bersama kakak alih-alih ngekost muncul dari pihak keluarga. Demi menjaga dari pergaulan bebas, katanya. Nyatanya, justru ini yang jadi pemicu ‘kecelakaan’ besar di dalam rumah.

Kalau ditanya apa yang bagus dari film ini, bisa dibilang hampir semuanya oke. Akting Michelle Ziudith, Deva Mahenra, dan Davina Karamoy bisa membawa klimaks cerita terasa sampai ke ubun-ubun. Beneran bikin emosi meluap. Michelle dengan tatapan teduh keibuan bertemu Davina, si adik yang ambisius dan merasa butuh didengar. Di beberapa bagian, akting keduanya terasa lebih ‘menyala’ dibanding Deva Mahenra. Akan tetapi, untuk menggambarkan karakter suami brengsek yang tampol-able, Deva sukses keluar dari zona nyamannya.


Penempatan dua soundtrack yang dinyanyikan Lyodra dan Mytha Lestari di setiap adegan penting juga patut diacungi jempol. Lyodra dengan lagu “Tak Selalu Memiliki” mewakili isi hati istri yang pasrah, berusaha legowo akan takdir. Sementara, Mytha dengan lagu “Tak Pantas” hadir membahana lewat lirik tegas, menggambarkan emosi yang dirasakan dan sakitnya hati yang dikhianati.

Dari semua kelebihan di Ipar Adalah Maut, ada satu yang agak kurang: properti. Nisa diceritakan sebagai pengusaha cake yang sukses sampai bisa buka beberapa cabang toko, viral pula di medsos. Namun tampilan dan penyajian cake-nya sangat biasa, seperti kue bolu yang dijual di pasar.

Ipar Adalah Maut tidak melulu menyuguhkan adegan yang membuat emosi naik turun. Munculnya cameo Manoj Punjabi (yang tidak cuma sekali!) dan kehadiran Susilo Nugroho sebagai Pak Junaedi lewat lawakan garingnya sukses jadi angin segar di sini. Sisipan dialog khas Hanung yang sarat nilai agama juga bikin hati adem. Membuat penonton, setidaknya, bisa bernapas lega begitu keluar dari teater.