Usaha "menjual bulan" kepada masyarakat demi suksesnya sebuah misi
Sebagai negara adidaya, Amerika tentu selalu berusaha lebih unggul dari para pesaingnya. Hal ini terutama memuncak di masa 1960-1980-an dengan Uni Soviet, terutama perlombaan ke antariksa. Kedua negara ini bersaing untuk mengirim astronaut mereka ke luar angkasa dan berusaha menjadi negara pertama yang berhasil menginjakkan kaki di bulan. Dengan segala peristiwa yang terjadi pada masa itu, niat Amerika untuk menang sangat tinggi. Namun, tentu saja hal itu tidak mudah karena kepercayaan masyarakat pada pemerintahan Nixon yang pelan-pelan mulai menurun dan anggapan bahwa misi ini hanyalah sebuah misi yang hanya menghambur-hamburkan uang. Salah satu jalan untuk menaikkan rasa percaya masyarakat adalah dengan jalan marketing. Itulah yang diangkat lewat Fly Me to the Moon ini.
Menjelang misi pendaratan bulan Apollo 11 di tahun 1969, NASA menghadapi masalah. Selain beberapa hal teknis, mereka juga kekurangan dana. Hal ini bukan tanpa sebab karena masyarakat pada saat itu lebih memilih untuk fokus menentang keputusan pemerintah yang ikut campur dalam Perang Vietnam sehingga misi Apollo 11 hanya dianggap sebuah hal yang sia-sia. Pihak pemerintah pun mengambil langkah ekstrem: mempekerjakan ahli marketing terbaik, Kelly Jones (Scarlett Johansson), untuk menaikkan reputasi mereka dan membuat para senator kembali percaya serta menyuntikkan dana. Strategi Kelly termasuk wawancara dengan para teknisi dan menarik merek-merek ternama untuk beriklan tentu tidak disetujui Cole Davis (Channing Tatum), Direktur Peluncuran NASA, yang merasa pekerjaannya terganggu. Namun, lambat-laun, ia sadar bahwa langkah ini mau tidak mau harus diambil demi kesuksesan misi mereka.
Film-film tentang proyek pendaratan di bulan umumnya diangkat dalam bentuk drama. Fokusnya adalah tentang kerja keras para tim teknisi hingga usaha para astronaut beradaptasi dengan situasi luar angkasa yang tidak tertebak. Namun, Dengan inti cerita yang sama, Fly Me to the Moon menawarkan kisah yang berbeda karena memilih untuk fokus pada usaha "menjual" misi ini kepada rakyat Amerika yang pada saat itu mulai tidak percaya dengan pemerintah karena berbagai hal. Dengan adanya Perang Vietnam di saat yang bersamaan, tentu fokus warganya akan terpecah: memikirkan para pemuda bangsanya yang bertaruh nyawa di negara orang atau bergembira karena mereka akan menjadi negara pertama di dunia yang menginjakkan kaki di bulan.
Marketing menjadi tema yang diangkat film ini. Kita diperlihatkan bagaimana Kelly harus memasarkan misi pendaratan di bulan sehingga masyarakat Amerika dan mau mendukung penuh. Tentu saja, termasuk dukungan finansial dari para senator dan berbagai merek ternama yang beriklan lewat para astronaut. Tidak hanya itu, dihadirkan juga salah satu teori konspirasi terbesar sepanjang masa: apakah pendaratan di bulan memang benar terjadi atau itu hanya akal-akalan pemerintah yang merekamnya di studio? Meskipun tidak menjawab, namun jelas menarik melihat bagaimana sebuah tim bekerja keras mengerjakan pendaratan di bulan bohongan, bahkan hingga melakukan sinkronisasi dengan siaran langsung dari kamera di modul antariksa yang ditempati Neil Armstrong dan teman-temannya.
Meski menjadi dua karakter utama dari film ini, namun dari segi akting, Channing Tatum dan Scarlett Johansson tidak terlalu memberikan penampilan yang istimewa. Semisal diubah ke aktor atau aktris lain pun rasanya tidak ada masalah. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa chemistry mereka memang ada meski Johansson terasa agak miscast untuk berperan menjadi sales karena, di film ini, terlihat kurang cerdas.
Terlepas dari segala kekurangan tersebut, Fly Me to the Moon jelas memberikan perspektif baru dari cerita tentang pendaratan di bulan. Bukan hanya para teknisi dan astronaut, tapi bagian Hubungan Masyarakat dan Pemasaran pun memegang peranan penting dalam kesuksesan misi ini. Lalu, benarkah Amerika merekayasa pendaratan tersebut sehingga seakan-akan mereka menjadi orang yang pertama yang mendarat di bulan? Hanya Amerika dan Tuhan yang bisa menjawabnya.
Judul film Fly Me to the Moon sendiri tentunya mengingatkan kita dengan judul lagu terkenal milik Bart Howard yang mencapai puncak kepopulerannya saat dinyanyikan oleh Frank Sinatra. Di Indonesia sendiri, lagu tersebut dinyanyikan ulang oleh solois ternama Jaz. Geser untuk baca artikel tentang terpilihnya Jaz menyanyikan lagu legendaris ini.