Heartbreak Motel: Kisah Hubungan Toxic dan Upaya untuk Lepas Darinya

by Redaksi

Heartbreak Motel: Kisah Hubungan Toxic dan Upaya untuk Lepas Darinya
EDITOR'S RATING    

Ava terlihat seperti menjalani momen terbaik dalam hidupnya. Benarkah?

Heartbreak Motel menjadi film kelima yang diadaptasi dari novel karya Ika Natassa. Sebelumnya, ada Critical Eleven (2017), Antologi Rasa (2019), Twivortiare (2019), dan The Architecture of Love (2024). Menariknya, dari lima adaptasi tersebut, tiga di antaranya melibatkan Reza Rahadian dengan karakter yang berbeda-beda. Di Critical Eleven, ia menjadi Ale, seorang suami yang rumah tangganya diuji saat sang istri, Anya (Adinia Wirasti), keguguran anak pertama. Di Twivortiare, Reza menjadi Beno, pria yang dihadapkan pada pilihan apakah akan rujuk kembali dengan istrinya setelah berpisah. Lalu, tentu saja, yang terbaru adalah Heartbreak Motel. Di sini, Reza berperan sebagai Reza Malik, aktor ternama yang menjalin cinta dengan Ava, namun diam-diam memiliki sisi gelap. Selain Reza, ada pula Laura Basuki sebagai Ava dan Chicco Jerikho sebagai Raga. Heartbreak Motel sendiri adalah film terbaru Angga Dwimas Sasongko yang diproduksi Visinema Pictures dengan naskah oleh Alim Sudio. 

Ava Alessandra adalah aktris ternama yang dipuji-puji karena kepiawaiannya berakting. Di sebuah proyek film kolosal, ia bertemu Reza Malik dan jatuh cinta dengan lawan mainnya tersebut. Namun, sikap Reza yang awalnya begitu romantis lambat-laun mulai terlihat keburukannya. Ia kerap melontarkan komentar-komentar pedas dan meremehkan Ava, membuat rasa percaya diri Ava terpuruk, menempatkan Ava di dalam rasa bersalah yang tidak seharusnya ia rasakan, dan puncaknya adalah kekerasan yang Ava terima. Saat sebuah insiden terjadi di lokasi syuting terbaru mereka, Ava memutuskan untuk kabur dan mengganti hidupnya dari sosok yang glamor menjadi pegawai hotel. Di sinilah, ia berkenalan dengan Raga, seorang eksekutif muda yang humble. Kini, Ava harus memilih. Apakah ia akan tetap bersama Reza Malik ataukah mengejar cintanya dengan Raga?

Jika TAOL mempertemukan Putri Marino dan Nicholas Saputra, kali ini, Heartbreak Motel mempertemukan tiga bintang papan atas, yaitu Laura Basuki, Reza Rahadian, dan Chicco Jerikho. Ketiga nama ini jelas membuat film ini akan menjanjikan dari sektor akting. Laura kembali menunjukkan bahwa ia salah satu aktris terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini. Penampilannya sebagai Ava yang memiliki trauma mendalam terhadap masa lalunya dan juga usaha untuk menutupi kekerasan yang dilakukan Reza Malik pantas diberi applause lebih. Begitu juga saat ia menjadi pegawai hotel, Laura sukses bertransformasi menjadi Maya yang kikuk dan berusaha menyembunyikan jati dirinya. 


Reza Rahadian kembali menghadirkan akting sebagai cowok toxic dengan segala gestur dan cara bicaranya yang meremehkan dan merasa butuh pembenaran. Satu lagi akting berhasil Reza memerankan cowok brengsek setelah sebelumnya sukses membuat seluruh ibu-ibu di Indonesia memaki saat memerankan karakter Aris di Layangan Putus. Chicco Jerikho sendiri, meskipun tidak memiliki lonjakan karakter seperti Laura dan Reza, tetap memberikan daya tarik tersendiri bagi sosok seorang Raga Assad. Chemistry Raga dan Ava pun bisa kita rasakan. Namun, mungkin yang terasa kurang adalah momen-momen manis saat mereka bersama yang membuat para penonton semakin mendukung dua karakter ini bersatu. 

Dari sisi cerita, kisah tentang sebuah hubungan toxic rasanya sudah bukan barang baru. Laura sendiri sebelum ini sempat bermain di film dengan tema yang sama. Namun, di film ini, Angga Dwimas Sasongko menggunakan pendekatan yang berbeda, terutama dari segi penggunaan kamera. Ia memakai tiga kamera berbeda untuk menggambarkan tiga fase dalam hidup Ava. Bisa dibilang, ini hal yang tidak biasa dalam perfilman Indonesia. Sayangnya, bagi sebagian orang, treatment ini mungkin akan mengurangi kenikmatan menonton. Perbedaan antara kamera digital dan seluloid bisa dibilang cukup terasa karena gambar akan berubah menjadi blur di bagian Ava-Raga, sementara gambar kembali tajam di bagian Ava-Reza. 


Alur cerita pun dibuat tidak berjalan secara linear. Bagi yang sudah membaca bukunya mungkin akan paham, tapi yang awam soal Heartbreak Motel sama sekali, bisa jadi akan bingung di awal-awal. Namun, begitu mulai paham apa yang membedakan periode saat Ava bersama Reza Malik dengan Ava bersama Raga lewat penggunaan kamera yang berbeda, kita mungkin pelan-pelan bisa mengikuti kisahnya. Memang agak rumit karena kita seperti harus menyusun kepingan puzzle dari hidup Ava dan itu bukan hal yang terbiasa bagi penonton Indonesia yang seringnya disuguhi drama dengan periode masa yang runut.

Terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya, Heartbreak Motel cukup berhasil menyajikan kisah hubungan toxic dan upaya seorang perempuan untuk terlepas dari hal itu. Kita seakan dibawa menyelam ke dalam pikiran Ava yang terasa penuh dan riuh, tapi juga sekaligus sepi. Mungkin, Heartbreak Motel bisa menjadi dorongan bagi wanita-wanita di luar sana yang berada dalam hubungan tidak sehat untuk mau mengakui dan melepaskan diri, bukannya bertahan atas nama cinta.