Detektif legendaris ini kembali menyapu box office!
Tahun ini bisa dibilang tahunnya Hwang Jung Min di industri perfilman Korea. Awal Mei lalu, ia berhasil menyabet penghargaan Best Actor di Baeksang Arts Awards lewat aktingnya di 12.12: The Day yang juga memecahkan rekor sebagai film Korea terlaris 2023 dengan total lebih dari 13.1 juta penonton. Selang beberapa bulan, kini Hwang Jung Min kembali mengguncang layar lebar lewat I, the Executioner. Film garapan sutradara Ryoo Seung Wan ini merupakan sekuel dari Veteran (2015), yang juga dibintangi Hwang Jung Min dan tercatat sebagai film terlaris ke-5 sepanjang masa di Korsel dengan total 13.4 juta penonton. Saat ini, I, the Executioner yang masih tayang di Korea sudah ditonton 5 juta orang dalam 9 hari dan akan terus bertambah.
I, the Executioner menceritakan sekumpulan detektif yang mendapat tugas melacak kasus pembunuhan seorang profesor. Awalnya, terasa seperti kejadian kriminal biasa, namun setelah diusut, pola pembunuhan ini terasa janggal dan memiliki benang merah. Setiap korban pembunuhan yang ditemukan ternyata memiliki catatan kriminal. Tidak cuma itu, cara meninggal tiap korban selalu sama tekniknya dengan cara mereka melakukan tindak kejahatan di masa lalu. Pihak kepolisian mulai curiga ada pembunuh berantai yang bertindak sebagai ‘vigilante’. Detektif Seo Do Cheol (Hwang Jung Min) bersama timnya yang kewalahan pun merekrut anggota tim baru, polisi muda bernama Park Sun Woo (Jung Hae In) yang jago bela diri.
Sama seperti Veteran, sekuel kali ini berfokus pada aksi detektif Seo Do Cheol (Hwang Jung Min) bersama timnya yang masih dibintangi Oh Dal Su, Jang Yoon Ju, Oh Dae Hwan, dan Kim Shi Hoo dalam membongkar kejadian kriminal. Selipan lelucon slapstick atau kejar-kejaran ala Tom and Jerry tentu masih ada, namun tidak cringe. Satu yang menjadi pembeda, tentu kemunculan Jung Hae In sebagai partner-in-crime yang baru.
Jung Hae In yang kini lagi naik daun lewat drama romcom Love Next Door berhasil memberikan sisi berbeda. Tampang polosnya sangat pas memerankan Sun Woo, detektif antihero yang masih muda dan selalu berbinar setiap melihat Seo Do Cheol mengungkap berbagai teori kejahatan. Aksinya dalam menumpas penjahat dan kepiawaiannya menyusun narasi jadi twist mengejutkan, dan yang pasti membuat penggemar semakin menggila.
Hal yang patut dipuji dari I, the Executioner adalah teknik pengambilan gambar yang dinamis. Kamera bergerak tidak cuma mengelilingi pemain atau tiba-tiba menyorot dari atas. Detail dan warna kontras sesekali dijadikan poin utama, membuat adegan perkelahian di film ini terasa enak dilihat, tidak membuat penonton pusing, dan tidak terasa seperti koreografi. Ada beberapa adegan yang memperlihatkan banyak darah dan kekerasan cukup eksplisit, membuat film ini pantas diberi rating 17+.
Pujian lain yang pantas disematkan ke dalam film ini juga bagaimana sutradara mampu menyisipkan berbagai isu yang relevan di zaman sekarang, terutama dengan kondisi yang terjadi di Korea. Adanya kasus bullying yang parah di sekolah, opini publik yang mudah digiring lewat hasutan akun anonim, pandangan miring terhadap warga negara Asia Tenggara, kejadian viral yang entah benar atau salah mudah ditemukan di internet, sampai kredibilitas kepolisian yang banyak dipertanyakan oleh masyarakat diperlihatkan dengan gamblang. Batas tipis antara keadilan yang ingin ditegakkan dan rasa percaya terhadap pihak berwenang jadi sesuatu yang samar.
Meski dipenuhi adegan kekerasan, I, the Executioner tetaplah film Korea yang mengedepankan hangatnya gambaran keluarga dan kolega yang saling support. Tambah satu poin untuk adegan penutup film yang, meski tanpa banyak dialog, memberi rasa hangat yang meresap sampai ke hati.