Venom: The Last Dance - Kering, Tipis, dan Habis

by Redaksi

Venom: The Last Dance - Kering, Tipis, dan Habis
EDITOR'S RATING    

Film ini tidak tentu arah dan terasa ingin segera selesai

Saat Venom: Let There be Carnage rilis dua tahun lalu, tanda-tanda Venom mulai goyah sudah kelihatan. Ceritanya tipis dan fokus lebih pada kelakuan norak Venom serta kekejaman Carnage. Filmnya pun sebentar dan sangat to the point. Sekarang, di film yang ke tiga, semakin jelas kalau para otak kreatif di balik Venom sudah tidak tahu lagi karakter ini mau dibawa ke mana. Kebanyakan penonton tahu Venom sebagai salah satu villain ikonik Spider-Man. Saat Spider-Man dihapus dari dunia Venom, mereka jadi pusing sendiri karakter anti-villain ini mau diapain.

Kalau Let There be Carnage terasa tanggung, The Last Dance lebih kacau lagi. Film ini dimulai dengan tidak mengakui adanya multiverse di dunia Spiderverse-nya Sony. Muncul musuh baru yang bahkan langsung disebut sejarahnya di saat film dimulai. Sebuah pertanda kalau filmnya bakal hancur. Lalu perjalanan Venom juga tidak jelas, berputar-putar di lokasi yang itu-itu saja. Dan entah dari mana muncul banyak karakter yang tujuannya tidak jelas, dimunculkan hanya untuk berguna di situasi-situasi tertentu lalu hilang. 

Tom Hardy seperti sudah bosan memainkan Venom, ia tampak tidak bersemangat dan bermain template saja seperti peran-peran biasa. Pemain lain jangan ditanya, mereka seperti tidak ada jiwanya. Akting kosong dan hanya membaca dialog tanpa emosi karakter. Padahal selain Hardy, ada nama-nama terkenal lain, seperti Chiwetel Ejiofor, Rhys Ifans, dan Juno Temple. Bahkan, aliennya lebih menarik dibandingkan para karakter manusia ini.


Untungnya, meski ceritanya tipis dan pace-nya lambat, film ini punya aksi finale yang lumayan seru. Kemunculan banyak simbiote membuat jiwa wibu para penyuka komik sedikit bersorak. Kenapa sedikit? Karena, para simbiote ini cuma muncul sangat sebentar dan yang punya screentime lumayan hanya dua. Sisanya? Jangan tanya. Lalu, film selesai tanpa konklusi apa pun. Saat film selesai, tentu para penonton menunggu cuplikan after credit yang di sini ada dua. Tapi, lebih baik lewatkan, tidak ada fungsi dan set up untuk masa depan Sony Spiderverse.

Masa-masa Hardy sebagai Venom sudah lewat. Walau tidak sempurna, cukup memberikan efek puas bagi penikmat film-film Marvel, terutama Spiderverse. Sayang sekali, padahal semua orang berharap ia masuk ke semesta Spider-Man milik Andrew Garfield. Namun, biar karakter Venom bisa tetap ada dan bisa bergabung dengan universe Spider-Man Tom Holland, maka recast dengan waktu singkat sangat dibutuhkan. Semua orang masih menanti pertarungan antara Manusia Laba-laba dan simbiote hitam ini.