Pabrik Gula: Adaptasi Utas Baru Simpleman dengan Plot yang (Terlalu) Familiar

by Redaksi

Pabrik Gula: Adaptasi Utas Baru Simpleman dengan Plot yang (Terlalu) Familiar
EDITOR'S RATING    

Rasanya seperti menonton ulang sebuah film dengan setting berbeda

REVIEW MENGANDUNG SPOILER! KALAU BELUM NONTON, JANGAN DIBACA!


Film Lebaran rasanya sudah identik dengan horor. MD Pictures sendiri sudah langganan tiga Lebaran menghadirkan film horor sebagai jagoannya. Di tahun 2022, pasca pandemi COVID, KKN di Desa Penari dirilis dan berhasil meraih perolehan penonton 10 juta lebih menempatkannya ke dalam Daftar Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa. Lebaran 2023, MD Pictures kembali menghadirkan kisah dari utas Simpleman berjudul Sewu Dino. Pada Lebaran 2024 lalu, giliran prekuel dari KKN di Desa Penari, Badarawuhi di Desa Penari, yang maju. Dan, di tahun ini, ada Pabrik Gula. Awi Suryadi masih menjadi andalan MD Pictures untuk menyutradarai film horor mereka dengan dibintangi Arbani Yasiz, Ersya Aurelia, Erika Carlina, Bukie B. Mansyur, Azelia Putri, Wavi Zihan, Benedictus Siregar, Gilang Devialdy, Vonny Anggraini, dan Arfi Alfiansyah.

Sekelompok pekerja lepas mengadu nasib di pabrik gula. Karena menjelang panen dan penggilingan, pabrik butuh banyak pekerja, Fadil, Endah, Naning, Hendra, Wati, dan teman-temannya pun memutuskan untuk bekerja musiman di sana. Begitu sampai, mereka diberi tahu peraturan jam kuning dan jam merah yang mengharuskan mereka tetap di mess begitu malam tiba. Konon, arwah korban kebakaran pabrik gula di masa lampau akan berkeliaran saat malam dan mencari korban. Namun, Endah yang belum tahu mengenai peraturan itu nekat keluar saat melihat seseorang meninggalkan mess dan mengikutinya. Kenekatan itu membuat Endah melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat. Di sisi lain, Fadil memimpikan sesuatu yang akan menjadi jawaban dari berbagai insiden mengerikan yang terjadi di pabrik gula. Ada apa sebenarnya?

Masih seperti tiga tahun sebelumnya, Pabrik Gula diangkat dari utas milik Simpleman. Kisahnya sendiri sebenarnya merupakan antologi atau potongan-potongan kisah pendek yang terangkum ke dalam empat bagian. Namun, tentu untuk kebutuhan cerita dan durasi, maka Pabrik Gula versi film menghadirkan kisah utuh dengan karakter yang sama sekali baru. Jadi, untuk yang sudah membaca utasnya, film ini bisa dibilang menghadirkan sesuatu yang segar dan hanya mengambil bagian pabrik gula serta kerajaan demitnya untuk kemudian diramu menjadi cerita yang berbeda. Tapi, benarkah "berbeda"?


Lupakan dulu utasnya, mari kita fokus ke filmnya. Secara garis besar, plot film ini akan mengingatkan kita pada plot KKN di Desa Penari. Ada sebuah tempat angker, tempat angker tersebut dinodai oleh orang yang tidak bertanggung jawab, mengambil sesuatu yang bukan milik mereka, ketulah, hingga akhirnya harus dibayar dengan nyawa. Alur cerita ini tentu nyaris mirip dengan situasi yang terjadi di KKN di Desa Penari. Entah apakah MD Pictures bermain aman dengan mengambil plot yang sudah terbukti laris atau khawatir jika membuat kisah baru akan kurang diminati? 

Terlepas dari ceritanya yang terasa hanya berpindah setting dari sebuah desa terpencil menjadi pabrik, Pabrik Gula punya momen komedi yang bisa membuat kita sedikit melupakan (tapi tidak memaafkan) plot copy-paste itu, apalagi jika sudah menampilkan duet Benedictus Siregar dan Arfi Alfiansyah. Tingkah-polah mereka benar-benar menghibur dengan celetukan dan timing joke yang pas. Sayangnya, ini membuat Fadhil yang diperankan Arbani Yasiz malah terlihat seperti karakter pendukung karena tidak mampu memberikan kesan yang kuat sebagai karakter utama. Untuk beberapa adegan jumpscare, Awi Suryadi pun masih punya kemampuan menyajikan angle-angle yang berbeda sehingga tidak terasa monoton dengan film-film horor lain yang ia sutradarai. 

Mencoba mengulang kesuksesan KKN di Desa Penari yang fenomenal rasanya memang sulit. Tapi, bukan berarti itu bisa dijadikan alasan untuk kemudian meng-copas plotnya ke film yang sama-sama diadaptasi dari cerita Simpleman. Banyak momen yang menyeramkan dan seru yang bisa diangkat dari utas antologi Pabrik Gula tanpa harus memakai alur yang sama dan itu akan membuat film ini menjadi lebih seru dan menarik daripada hanya menjadi KKN di Pabrik Gula.