Until Dawn: Saat Terjebak dalam Siklus Kematian Berulang

by Redaksi

Until Dawn: Saat Terjebak dalam Siklus Kematian Berulang
EDITOR'S RATING    

Pencarian berujung malapetaka

Mengadaptasi sebuah game menjadi film memang gampang-gampang susah. Mengikuti jalan cerita game-nya mungkin akan membuat penonton awam tidak tertarik, tapi jelas memberi kepuasan bagi penggemar. Mengambil beberapa komponen dalam game tapi dengan memakai cerita baru, bisa menjadi pedang bermata dua: disukai penonton umum, tapi dibenci para pemainnya. Salah satu contoh yang bisa dibilang sukses (di tengah caci-maki) adalah Resident Evil dengan bintang Milla Jovovich. Meski menghadirkan tokoh baru, namun beberapa komponen dan karakter di game-nya muncul sehingga penggemar pun agak puas. Kini, satu lagi game survival horror diadaptasi ke layar lebar yang berjudul Until Dawn.

Lima orang sahabat melakukan perjalanan demi mencari kakak Clover yang menghilang, Melanie. Saat berhenti di sebuah minimarket yang menjadi tempat terakhir Melanie berfoto, sang pemilik minimarket memberi tahu bahwa ada sebuah tempat mencurigakan di tengah hutan. Berusaha mencari tahu lebih lanjut, mobil mereka malah berputar-putar hingga mendadak menembus tirai hujan dan tiba di sebuah rumah yang berdiri sendiri di tengah hutan. Sadar bahwa ini tempat yang dicari, mereka memutuskan menyelidiki rumah tersebut. Namun, semuanya malah mati mengenaskan di tangan sesosok pria bertopeng. Anehnya, waktu berputar kembali ke saat pertama mereka tiba dan mengulang kematian mereka dengan level yang semakin meningkat. Apa yang sebenarnya terjadi?

Dengan premis "mengulang kematian", para penonton umum yang tidak memainkan game-nya akan bertanya-tanya: apa tidak jadi membosankan saat kita sudah tahu apa yang akan membunuh mereka setiap malam? Ternyata, dugaan itu salah karena versi kematian mereka malah berbeda-beda dengan intensitas yang meningkat seiring perputaran jam pasir yang kembali ke awal mereka datang. Diteror pria bertopeng dengan beliung, hantu, air terkontaminasi, dan masih banyak lagi. Kematian mereka tidak terduga dan ini yang memberikan pengalaman menonton berbeda karena penonton diajak menebak bagaimana cara mereka mati malam itu. 


Jelas, horor remaja seperti ini tidak akan "sedap" jika tidak banjir darah. Maka, siap-siap menutup mata dan berteriak karena kaget atau ngilu. Menariknya, film ini tidak memberikan banyak petunjuk kapan seluruh karakter akan mati karena semuanya tidak terduga dan brutal, bahkan sejak kematian pertama. Penempatan musik pun bisa dibilang cerdas karena tidak menjadi hint bahwa akan ada sebuah kejadian, melainkan muncul sebagai penambah ketegangan. Selain itu, meski menghadirkan lima remaja sebagai orang yang berada di waktu dan tempat yang salah, namun naskahnya tidak terjebak pada keklisean karakter dan tetap memberikan momen sendiri pada masing-masing tokoh. Ending-nya pun sedikit berbeda dari horor kebanyakan dan membuat penonton puas. 

Lalu, bagaimana kalau kita tidak memainkan game-nya? Apakah akan mengerti dengan alur cerita Until Dawn? Hal itu bukan masalah. Non-gamer pun tetap bisa menikmati film ini layaknya menonton film-film horor sejenis. Dengan pengambilan gambar dan sudut pandang yang digunakan, kita malah akan merasa seperti sedang memainkan game-nya. David F. Sandberg (Shazam! Fury of the Gods) selaku sutradara denagn cerdik memainkan kamera sehingga penonton terkadang berada dalam first person view yang tentu menambah ketegangan. Adegan keluar-masuknya setiap karakter ke dalam ruangan atau saat dikejar-kejar monster juga terasa "straight from video game". Mungkin, salah satu yang kurang terjelaskan oleh penonton umum adalah bagaimana caranya time loop bisa terjadi di rumah itu? Namun, itu mungkin hanya sedikit pertanyaan yang tidak terjawab tanpa mengurangi keseruan menonton film ini. 

Jadi, kalau kalian salah satu pemain game Until Dawn, adaptasi ini jelas tidak boleh dilewatkan. Meski tidak persis sama mengangkat kisah dalam game-nya, namun kengerian, ketegangan, dan kebrutalannya jelas menjadi hiburan tersendiri. Ingat, menonton Until Dawn akan lebih seru saat mengajak banyak teman agar bisa menjerit dan tertawa bersama.