The Crow: Pembalasan Dendam dari Alam Baka

by Redaksi

The Crow: Pembalasan Dendam dari Alam Baka
EDITOR'S RATING    

Balas dendam bukan hanya hak orang hidup saja

Membaca judul film ini tentu akan membuat para milenial teringat pada insiden naas yang terjadi saat syuting The Crow versi 1994. Brandon Lee yang kala itu memerankan Eric Draven tertembak di perut dan meninggal saat dilarikan ke rumah sakit. Tidak hanya itu, serangkaian kecelakaan di lokasi syuting pun membuat banyak orang yang yakin bahwa The Crow adalah film yang dikutuk. Kini, hadir kembali versi terbaru dari adaptasi komik karya James O'Barr. Duduk di kursi sutradara adalah Rupert Sanders (Ghost in the Shell), sementara Bill Skarsgård yang tampil menyeramkan sebagai Pennywise di dua film IT memerankan Eric alias The Crow dan FKA Twigs, penyanyi dan penari asal Inggris, memerankan Shelly, gadis yang dicintai Eric. 

Eric adalah pria yang terlihat pendiam, namun pandai menggambar dan memainkan musik. Saat sedang berada di tempat rehabilitasi, ia bertemu Shelly. Sifat gadis itu yang unik membuat Eric tertarik dan tidak butuh waktu lama hingga mereka jatuh cinta. Setelah kabur dari tempat rehab bersama, keduanya memutuskan tinggal di kediaman teman Shelly dan menjalani hidup dengan santai. Namun, satu hal yang tidak diketahui Eric adalah bahwa Shelly memiliki masa lalu yang kelam akibat seorang pria, Vincent Roeg. Memiliki bukti yang memberatkan Roeg membuat Shelly dikejar dan dibunuh, tepat di hadapan Eric. Berkat bantuan sesosok arwah, Eric pun hidup kembali sebagai The Crow untuk menuntut balas.

Rasanya, jika memang The Crow harus "terlahir" kembali, tidak ada aktor selain Bill Skarsgård yang memang pantas memerankan sosok Eric dengan segala keunikan dan gaya gothic-nya. Ia bisa terlihat rapuh di satu sisi, tapi bisa brutal di sisi lain demi membalas dendam atas kematian kekasihnya. Bicara soal brutal, film ini cukup banjir darah. Sanders selaku sutradara rupanya sadar bahwa pendekatan halus untuk The Crow tidak akan menggambarkan besarnya dendam Eric yang harus kehilangan kekasihnya di depan mata. Untuk itu, rating R agaknya memang pilihan yang tepat dengan bacokan, pukulan, tembakan, dan hantaman dilakukan secara eksplisit. Jadi, siap-siap mengernyit, berjengit, atau malah menutup mata karena ngilu. 


Dari segi cerita, The Crow mengangkat tema yang sudah umum di ranah sinema, yaitu balas dendam saat orang yang disayang dibunuh, namun dengan selipan supranatural. Pada intinya, adaptasi film ini hanya mengambil cerita dasar dan dua karakter utama dari komik originalnya. Untuk cerita secara keseluruhan dan penjahatnya, bisa dibilang cukup jauh berbeda. Alih-alih melawan geng, Eric berhadapan dengan karakter yang juga memiliki kekuatan supranatural, Roeg (Danny Huston). Sayangnya, hal ini terasa kurang digali, seperti siapakah Roeg ini sebenarnya hingga bisa memiliki kekuatan memengaruhi orang dengan bisikan? Jika benar bahwa ia bukan dari dunia manusia, lalu apa tujuannya datang ke sini? Jika film ini mendapat sambutan positif, mungkin saja akan ada sekuel yang mampu memberikan penjelasan terkait villain utama The Crow versi film ini. 

The Crow memang bukan proyek film besar. Namun, jika adaptasi versi Rupert Sanders ini mendapat sambutan yang positif, bukan tidak mungkin nasibnya akan seperti John Wick. The Crow bisa jadi akan berlanjut ke sekuel dengan dunia yang lebih besar. Lagipula, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab di semesta superhero kelam ini.




Artikel Terkait