Mari kita berimajinasi bersama Harold
Mengadaptasi buku cerita bergambar menjadi sebuah film yang bisa dinikmati berbagai kalangan tentunya bukan hal yang mudah. Anak-anak suka, tapi orang dewasa tidak suka atau anak-anak tidak suka, tapi orang dewasa suka. Karena itu, pendekatan universal dengan kisah yang bisa masuk ke seluruh lapisan umur adalah hal yang penting. Harold and the Purple Crayon adalah film terbaru yang mengangkat buku cerita anak-anak. Ditulis oleh Crockett Johnson, buku ini terbit pada tahun 1955 dan merupakan debut film panjang sang sutradara, Carlos Saldanha. Deretan cast-nya ada Zachary Levi, Lil Rel Howery, Jemaine Clement, Tanya Reynolds, Alfred Molina, dan Zooey Deschanel.
Harold adalah sebuah karakter buku yang hidup di sebuah dunia bersama kedua temannya, Rusa dan Landak. Setiap hari, ia berpetualang dengan krayon ungunya yang bisa jadi apa saja sesuai dengan yang Harold gambar. Suatu hari, narator yang kerap menemaninya tiba-tiba menghilang. Harold yang penasaran memutuskan untuk masuk ke dunia nyata dan mencari Narator. Bersama Rusa, ia mengalami petualangan seru hingga berkenalan dengan Terri, seorang ibu tunggal, yang bekerja sebagai pegawai supermarket demi menghidup anaknya, Mel. Dengan bantuan Mel, Harold berusaha mencari tahu keberadaan Sang Narator.
Menyaksikan Harold and the Purple Crayon seperti sebuah penyegaran. Tidak ada kisah dramatis nan ambisius dengan twist di sana-sini. Ini hanyalah kisah tentang usaha Harold dan temannya mencari suara yang selama ini menarasikan hidup mereka. Masuk ke dunia nyata tidak lantas membuat Harold sendu dan stres karena tidak seindah yang dia bayangkan. Semua situasi dipandangnya secara optimis, bahkan ketika dalam kesulitan sekali pun, karena Harold percaya bahwa apa pun bisa diselesaikan dengan krayon ungu ajaibnya. Tentu saja, di tengah gempuran film bertema berat atau pun masalah dalam hidup, menonton Harold and the Purple Crayon bak mengingatkan kita pada masa-masa kecil saat semua masalah terasa mudah.
Meski karakter Harold dan krayon ungunya kurang terdengar di Indonesia, tapi kisahnya sendiri bisa dinikmati orang dewasa dan anak-anak. Memiliki krayon ajaib yang bisa membuat semua gambar menjadi nyata tentunya adalah hal yang menyenangkan. Intinya, semua akan terasa menyenangkan saat kita punya imajinasi. Meski saat ini terasa hanya khayalan, tapi suatu hari imajinasi bisa membawa kita melangkah lebih jauh seperti yang dilakukan Harold: berpindah dari dunianya ke dunia nyata.
Film ini tidak berusaha memperrumit dengan membuat Harold bertanya tentang eksistensinya di dunia nyata. Ia tahu ia adalah karakter sebuah buku yang diciptakan seseorang dan akan selamanya begitu. Harapannya hanya satu, yaitu mencari Narator. Dunia Harold luas, tapi juga sempit. Luas karena penuh imajinasinya sendiri, tapi juga sempit karena tidak mencoba melihat dunia di luar khayalannya.
Pada akhirnya, meski Harold and the Purple Crayon mengangkat tema yang ringan, tapi ia juga mengajarkan kepada kita pentingnya imajinasi. Karena, dalam situasi apa pun, memiliki imajinasi adalah salah satu hal yang bisa menghibur siapa pun, baik itu anak-anak mau pun orang dewasa.