Kali ini, Lee Hyeri sukses lepas dari karakter Deoksun.
Film drama komedi remaja di lingkungan sekolah biasanya terjebak di tema yang itu-itu saja. Di Hollywood, premis yang sering muncul adalah geng cewek populer bertemu anak baru yang kebetulan bertampang biasa. Setelah itu mulai disisipi konflik, tak lupa ditambah sedikit bumbu asmara, lalu ditutup dengan persahabatan manis yang terjalin di semua karakternya. Di Korea Selatan, kebetulan kisahnya bisa dikembangkan dengan latar belakang lebih kompleks dan ‘berbumbu’. Sebagai negara yang punya beberapa provinsi dengan dialek berbeda, kekuatan cerita bisa dibangun lebih kedaerahan lewat karakter-karakternya yang berwarna. Hasilnya? Jelas terlihat di Victory, film terbaru garapan sutradara Park Bum Soo (Single in Seoul).
Victory mengisahkan dua senior SMA daerah pesisir Gyeoje di tahun 1999 yang tidak kunjung lulus sekolah, Pil Sun (diperankan Lee Hyeri) dan Mina (Park Se Wan). Keduanya sangat jago nge-dance, terutama musik hip hop dari grup idol yang hits di akhir 90-an seperti DEUX, g.o.d, Fin.K.L, dan Diva. Sayangnya, bakat mereka tidak ditunjang dengan fasilitas yang memadai. Klub tari tidak kebagian ruangan latihan di sekolah karena Pil Sun dan Mina hanya dianggap sebagai pengacau.
Harapan mulai timbul ketika sekolah mereka kedatangan anak baru dari Seoul, Se Hyun (Jo A Ram) dan sang kakak yang jago sepakbola Dong Hyun (Lee Chan Hyeong). Se Hyun yang seorang cheerleading langsung dijadikan kartu AS oleh Pil Sun dan Mina untuk meminta izin membangun klub. Dong Hyun pun jadi harapan sekolah Pil Sun karena klub sepakbola prianya paling payah se-Gyeoje. Sekolah pun meloloskan terbentuknya klub cheerleader dengan dua syarat: harus beranggotakan 9 orang & membuat tim sepakbola sekolah jadi semangat untuk memenangkan pertandingan.
Lewat durasi 120 menit, yang terbilang cukup panjang untuk film drama komedi, Victory tidak terasa membosankan. Semua sekuens terbagi dengan baik. Karakter dan sifat unik tiap anggota klub cheerleader Millenium Girls juga diangkat sesuai porsi. Tidak ada karakter kelewat menyebalkan di sini, atau adegan yang menjurus bullying seperti yang biasa ditampilkan di film Barat. Humor yang ditampilkan juga bukan tipe lawakan slapstick dan maksa. Semua terasa manis, hangat, dan lugu khas dunia gadis SMA yang penuh semangat dan cita-cita.
Konflik yang dimunculkan pun nggak melulu dari sisi kehidupan sekolah. Penonton ditunjukkan dengan keseharian beberapa karakternya yang ternyata cukup berat dijalani. Ada politik kantor dan beban yang dirasakan dari pihak ayah Pil Sun yang diperankan dengan sangat apik oleh aktor Hyun Bong Sik. Ada juga sisi kehidupan pribadi dari beberapa anggota klub cheerleader Millenium Girls yang bikin penonton relate. Hangatnya karakter di film Victory juga ditunjang lewat sinematografi yang mengingatkan kita dengan nuansa matahari tenggelam di pantai.
Hyeri yang namanya melesat lewat peran Sung Deok Sun di Reply 1988 ternyata bisa menghadirkan kembali karakter remaja kampung yang enerjik namun berbeda 180 derajat. Di Victory, karakter Pil Sun jauh lebih tangguh dibanding Deok Sun yang sering merengek. Pil Sun juga digambarkan sebagai sosok yang tengil, namun Hyeri mampu memberi sentuhan personal sehingga lagak preman yang ditampilkan juga terlihat lembut.
Sayangnya, dari keseluruhan cast, kekurangan justru hadir dari Chi Hyeong, kiper klub sepakbola yang diperankan Lee Jung Ha. Setelah terkenal lewat karakter Bong Seok di drama hits Moving, Lee Jung Ha malah tampil biasa di sini. Karakternya kurang menonjol, sehingga struggle-nya kurang memorable. Beberapa ketidaksesuaian dalam penerjemahan juga cukup mengganggu (dan lumayan fatal), terutama di bagian grup g.o.d yang diterjemahkan sebagai T.U.H.A.N.
Overall, untuk yang senang menonton film Korea dengan persahabatan kuat seperti Sunny (2011) yang diadaptasi oleh Miles Films menjadi Bebas (2019), silakan nonton Victory. Dijamin begitu selesai nonton, kita akan terus berjoget enerjik seperti yang dilakukan tim cheerleader Millenium Girls.