Hidup menjadi hantu pun ternyata tidak mudah
Menyaksikan film-film Asia terkadang seperti angin segar di tengah maraknya film Hollywood yang penuh aksi, efek spesial, dan ledakan. Meski sinema Asia juga kerap kali menyajikan hal tersebut, tapi bisa dibilang, sebagian besar film dramanya punya penceritaan yang kuat dan unik. Jika komedi Amerika dan Eropa seringkali mengusung lelucon rasis atau jorok, Asia tentunya lebih mengundang tawa lewat dialog atau adegan slapstick. Salah satu film Taiwan terbaru yang tayang di Indonesia berjudul Dead Talents Society. Deretan cast-nya mungkin masih agak asing di telinga para penonton film Indonesia, tapi bagi yang sering menyaksikan film-film Asia tentunya sudah kenal.
Dunia arwah ternyata sama kejamnya dengan dunia manusia. Semua berlomba-lomba menciptakan legenda urban sendiri yang nantinya akan mendatangkan ketenaran dan menjamin bahwa keberadaan mereka akan abadi. Catherine dan Jessica, dua diva dunia arwah, berseteru untuk mendapatkan posisi terpopuler. Karena memanfaatkan teknologi, karier Jessica, yang awalnya menjadi anak didik Catherine, pun menanjak hingga menenggelamkan popularitas Catherine yang hanya mengandalkan sebuah kamar motel suram sebagai legenda urbannya.
Empat tahun kemudian, hantu tanpa nama yang dijuluki Rookie nyaris menghilang dari dunia. Salah satu cara untuk mencegah hal tersebut adalah dengan mengikuti kontes Dead Talents Society untuk mendapatkan Izin Menghantui agar bisa bertahan. Karena tidak memiliki bakat apa pun, Rookie pun tersingkir dari kontes. Namun, seorang pria bernama Makoto mengajak Rookie, dan temannya Camilla, untuk bergabung di timnya yang ternyata merupakan Tim Catherine. Dari sini, mereka berupaya segala cara untuk menciptakan legenda urban bagi Rookie sebelum tenggat waktunya di dunia arwah habis dan dia akan hilang untuk selamanya.
Siapa yang menyangka bahwa cerita hantu bisa dihadirkan dalam bentuk yang menyenangkan. Dead Talents Society berhasil membuktikan itu dengan menampilkan dunia para arwah dengan ceria dan tone yang colourful. Memang, saat mengharuskan ada adegan seram, penampakannya tidak main-main. Hampir serupa dengan film-film horor. Tapi, penampakan itu kemudian diseling dengan adegan komedi sehingga kita mungkin akan lebih ingat dengan sisi komedinya daripada horornya.
Premis yang diangkat pun menarik, di mana para hantu berlomba-lomba menciptakan legenda sendiri. Mulai dari muncul di hutan, toilet, taman umum, kamar hotel, sampai memanfaatkan teknologi, seperti ponsel dan internet. Tapi, bukan berarti "hidup" mereka baik-baik saja. Mereka harus berjuang keras agar tidak tersingkir atau dilupakan agar bisa terus eksis di dunia hantu. Persis seperti cerminan dunia kita saat ini, di mana manusia berlomba-lomba untuk eksis dan mereka yang tadinya pernah populer suatu saat akan berada di bawah dan pelan-pelan mulai dilupakan.
Bicara soal cerita, film ini tidak hanya kuat dari sisi komedi, tapi juga drama. Setiap hantu ternyata punya latar belakang yang menarik. Kematian mereka bervariasi, tapi satu hal yang pasti adalah mereka masih terikat dengan keluarga mereka di dunia. Bahwa semua barang yang dibakar dan dijadikan persembahan setiap ulang tahun ternyata dinikmati oleh mereka yang juga butuh itu untuk "kehidupan" sehari-hari. Ceritanya memang fokus pada karakter Rookie, tapi karakter pendukung di sekitarnya pun mendapat screentime mereka sendiri. Sehingga, di sela-sela tawa, kita akan terharu dengan perjuangan atau usaha mereka bertahan "hidup" di dunia hantu.
Dead Talents Society mungkin bukan salah satu film yang masuk radar para penonton Indonesia. Tapi, dijamin, kita tidak akan menyesal menontonnya karena ini adalah paket komplit yang memuaskan: horor, komedi, dan drama jadi satu.