Canary Black: Mengkhianati Negara demi Cinta

by Redaksi

Canary Black: Mengkhianati Negara demi Cinta
EDITOR'S RATING    

Kate Beckinsale rela dikejar agen intelejen demi sang suami

Lama tidak kelihatan di layar lebar, aktris Kate Beckinsale muncul lagi dengan film aksi Canary Black. Kembali jadi cewek jagoan, kali ini Beckinsale harus kabur dari kejaran agensi intelejen pemerintah setelah dituduh berkhianat, namun, di sisi lain, ia juga harus menyelamatkan orang tercintanya yang ditawan teroris. Tema yang sering kita temui dalam kisah-kisah spionase era 2000-an, bukan?

Avery Graves adalah agen CIA yang merahasiakan pekerjaannya dari sang suami. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama saat suaminya diculik teroris yang memintanya mengambil sesuatu bernama Canary Black dari narapidana yang berada di penjara rahasia CIA. Menuruti permintaan teroris sama saja dengan berkhianat terhadap negara. Namun, Graves terpaksa melakukan itu kalau tidak ingin suaminya terbunuh. Terjebak antara mengutamakan negara atau kehidupan pribadi, Graves harus berupaya mencari jalan terbaik agar bisa bertahan hidup, seraya memastikan keselamatan orang yang ia cintai.

Judulnya jika dibalik akan mengingatkan kita pada karakter superhero DC Comics yang muncul di serial Arrow atau film Birds of Prey. Namun, ini bukan tentang wanita dengan kekuatan teriakan ultrasonik, melainkan sebuah program digital yang bisa melumpuhkan berbagai negara di seluruh dunia. Memang, Canary Black tidak ada bedanya dengan film-film spionase di tahun 2000-an yang minim efek spesial atau adegan spektakuler khas Mission: Impossible. Film ini lebih mengutamakan adu cerdik antara karakter baik dan jahat serta sedikit plot twist di ujung sehingga filmnya sendiri tidak terkesan mewah dan cenderung sederhana.


Jika ingin mencari perbandingannya, mungkin bisa kita samakan dengan Alias yang dulu dibintangi Jennifer Garner. Namun, tentu saja dengan durasi yang lebih singkat dari serial, Canary Black tidak bertele-tele menceritakan masa lalu Graves dan lebih memilih berfokus pada kisah utamanya. Namun, dari segi perkelahian, musuh, dan ketangguhannya, film besutan Pierre Morel (Taken) ini hampir mirip. 

Dengan semakin canggihnya teknologi, tentu saja film-film spionase seperti ini sudah tidak lagi menjadikan nuklir sebagai ancamannya, melainkan virus atau program. Bayangkan saja, ketika dunia sekarang sudah terdigitalisasi, program yang bisa menghancurkan semua itu tentunya menjadi momok yang menakutkan bagi siapa pun. Itu sebabnya di beberapa film sejenis akhir-akhir ini pun, "senjata" yang dipakai bukanlah nuklir, melainkan sesuatu yang digital. Sebut saja Mission: Impossible - Death Reckoning Part One yang menjadikan AI sebagai musuhnya.

Secara keseluruhan, film ini memang tidak memberikan sesuatu yang baru. Tema dan aksinya pun standar. Kate Beckinsale terlihat tidak segarang dulu saat memerankan Selena di Underworld (bahkan, mukanya nyaris tidak seperti Beckinsale yang dulu dengan botox di mana-mana). Namun, untuk kalian yang ingin melihat aksi spionase dengan karakter wanita sebagai agen rahasianya, seperti Salt atau Alias, Canary Black bisa jadi pilihan. 


Artikel Terkait