The Lord of the Rings: The War of the Rohirrim - Kisah Pahlawan Rohan yang Terlupakan

by Redaksi

The Lord of the Rings: The War of the Rohirrim - Kisah Pahlawan Rohan yang Terlupakan
EDITOR'S RATING    

DI balik perjalanan panjang Frodo Baggins, ada pahlawan yang tak dinyanyikan di Rohan

Seperti halnya sebuah kisah epik, The Lord of the Rings punya cabang cerita yang bisa dibilang sangat besar. Setelah film trilogi utamanya usai, dilanjutkan dengan trilogi The Hobbit yang mengisahkan asal-muasal cincin keramat itu jatuh ke tangan Bilbo Baggins. Selanjutnya, ada serial The Lord of the Rings: The Rings of Power yang tayang di Prime dengan mengangkat masa ribuan tahun sebelum timeline utamanya. Kini, muncul lagi sepenggal kisah dari tanah Middle Earth dengan berfokus pada wilayah bernama Rohan dan para penghuninya dengan mengambil judul The Lord of the Rings: The War of the Rohirrim. Namun, berbeda dari semua judul yang sudah disebutkan di atas, kisah kali ini dihadirkan dalam bentuk animasi.

Berlatar belakang 183 tahun sebelum kejadian timeline utama, kisah ini berfokus pada Héra, shieldmaiden (wanita kuat) asal Rohan dan putri raja. Freca, seorang tuan tanah asl Dunlending, datang ke King Helm bersama putranya, Wulf. Lamarannya untuk menikahkan putranya dengan Héra ditolak Helm, ayah Héra. Sebuah pukulan Helm membuat Freca meninggal di tempat yang menimbulkan dendam kesumat dalam diri Wulf. Dengan segala daya dan upaya, Wulf pun mengumpulkan pasukannya sendiri dan memutuskan menyerang Edoras hingga rata dengan tanah. Situasi perang membawa rakyat Edoras mengungsi ke benteng terakhir mereka, Hornburg. Wulf tentu tidak tinggal diam dan terus mengejar, bertekad menuntaskan dendamnya.


Bagi para pencinta The Lord of the Rings (TLOTR), meski ini bisa dibilang hanya "sempalan" dari kisah utama, namun sepertinya akan menikmati ceritanya. Menghadirkan perang epik khas TLOTR, drama, atau pun penyebutan lokasi dan karakter yang sudah familiar akan membangkitkan kembali nostalgia kita dengan salah satu cerita termegah dalam sejarah sastra. Jika berharap ada unsur cincin seperti di tiga adaptasi sebelumnya, lupakan saja. Film ini nyaris tidak menyebutkan itu kecuali di satu-dua adegan, itu pun selintas lalu, karena memang intinya bukan ke sana. 

Memakai Kenji Kamiyama sebagai sutradara memang membuat film ini mengambil animasi bergaya Jepang. Bagi yang tidak terbiasa menyaksikan IP Hollywood dengan gaya anime tentu akan merasa aneh, apalagi tokoh cewek-cowoknya yang mirip dengan karakter-karakter di Gundam. Tinggi tegap dengan wajah tampan dan baju zirah yang lebih mirip seragam pilot Gundam daripada baju zirah abad pertengahan. Namun, di satu sisi, kita akan merasakan keunikan saat melihat penyatuan anime Jepang dengan produk Hollywood, apalagi ini salah satu kisah yang epik dan punya penggemar cukup besar. 


Plotnya sendiri agak lambat di awal karena membutuhkan waktu untuk perkenalan para karakternya. Nama-nama yang kurang dikenal pun membuat kita akan susah mengasosiasikannya dengan film The Lord of the Rings, selain faktor yang sudah disebutkan di atas, yaitu bahwa penampilan para karakternya lebih menyerupai tokoh-tokoh anime yang mungkin pernah kita tonton. Namun, menjelang pertengahan, plot film mulai bergerak lebih cepat dan berhasil membuat kita tegang dengan peperangan atau terhanyut dalam dramanya.

Film ini mungkin akan sulit dinikmati yang bukan penggemar berat The Lord of the Rings karena nama-namanya tidak familiar. Namun, bagi yang suka dan mengikuti kisah epik ini dari film pertama, serial, bahkan hingga membaca novel-novelnya, The War of the Rohirrim jelas satu lagi kisah dari dunia Middle Earth ini tidak boleh dilewatkan. 


Artikel Terkait