Nosferatu: Kembalinya Pangeran Kegelapan, Si Pembawa Malapetaka

by Redaksi

Nosferatu: Kembalinya Pangeran Kegelapan, Si Pembawa Malapetaka
EDITOR'S RATING    

Lupakan sejenak soal vampir tampan dan berkilau, ini vampir yang sebenarnya

Jauh sebelum dunia mengenal vampir sebagai makhluk dengan kulit berkilau ala Edward Cullen, vampir dikisahkan lebih menyeramkan, buruk rupa, dan tidak memikat. Adalah Nosferatu: A Symphony of Horror, sebuah film klasik rilisan Jerman pada 1922 yang menghadirkan makhluk pengisap darah ini ke dalam layar lebar. Nosferatu sendiri merupakan adaptasi Dracula (1897) karya Bram Stoker. Kini, di tahun 2024 (tayang pada 25 Desember di US, sementara Indonesia baru 5 Februari 2025), remake Nosferatu dengan jajaran cast muda yang kemampuan aktingnya sudah tidak diragukan lagi bisa kita tonton di layar lebar. Karena remake, film ini bisa ditonton tanpa perlu menyaksikan versi 1922-nya karena materi asli film ini pun sudah sulit dicari.  

Thomas, seorang agen perumahan, baru menikah dengan Ellen. Namun, kebersamaan mereka harus tertunda beberapa saat karena Thomas ditugaskan kantornya untuk membawa akta jual-beli ke sebuah tempat di daerah Transylvania, tepatnya di pegunungan Karpatia. Meski sudah ditahan sang istri dan diperingati para gipsi yang ditemuinya dalam perjalanan, namun Thomas tetap berkeras karena butuh uang. Larangan tersebut terbukti karena ternyata Count Orlok adalah makhluk malam yang memanfaatkan Thomas untuk mendapatkan darah segar. Sadar bahwa dirinya dalam bahaya, Thomas pun memutuskan untuk kabur dan buru-buru kembali ke Jerman karena bukan hanya nyawanya yang terancam, tapi juga Ellen, yang kini menjadi incaran Count Orlok.


Dengan begitu banyaknya modifikasi vampir di berbagai media sekarang ini, menyaksikan Nosferatu terasa seperti penyegaran. Bukan karena menyajikan hal yang berbeda, namun justru hal yang sudah kita tahu selama ini. Hidup dalam kegelapan, tidak bisa terkena sinar matahari, tidur di peti mati, hingga mengisap darah korbannya tanpa harus mengubah mereka menjadi vampir juga. Karena Nosferatu adalah makhluk malam, maka bayangan pun termasuk ke dalam kekuatannya, di mana ia bisa memanfaatkan bayangannya untuk berpindah tempat. Sesuatu yang mungkin hanya muncul di film-film vampir klasik.

Menariknya, Robert Eggers, selaku sutradara, membuat Nosferatu selalu berada di balik bayang-bayang. Dari awal hingga 7/8 film, penonton nyaris tidak tahu bagaimana tampilan pangeran kegelapan ini karena selalu berada di tempat gelap atau tertutup bayangan. Hal ini semakin menambah kesan misterius dan seram dari tokohnya, ditambah suara berat dan kering seperti lemari diseret. Hanya satu kali kita diperlihatkan bagaimana muka aslinya yang tentu jauh berbeda dari vampir-vampir tampan yang selama ini digambarkan. Kredit lebih tentu patut disematkan pada tim make-up yang bisa membuat tampilan Nosferatu sedemikian menyeramkan. Pantas jika departemen ini masuk ke berbagai nominasi penghargaan, termasuk Academy Awards 2025 mendatang.


Menghadirkan jajaran pemain muda, seperti Bill Skarsgård, Nicholas Hoult, Lily-Rose Depp, Aaron Taylor-Johnson, dan Emma Corrin tentu dirasa bisa memikat generasi sekarang untuk menyaksikan bagaimana bentuk vampir pada awal mulanya. Namun, dua karakter yang terlihat menonjol, tentu saja adalah Skarsgård sebagai Count Orlok dan Lily-Rose Depp sebagai Ellen. Ini bukan pertama kalinya Skarsgård memainkan peran ikonik dengan gestur tidak biasa. Ia berhasil mencuri perhatian lewat IT sebagai badut setan Pennywise. Sementara, menyandang nama besar sang ayah, Johnny Depp, Lily-Rose sukses membuktikan bahwa ia besar bukan karena sang ayah melainkan memang kemampuan aktingnya patut diperhitungkan. Selain itu, masih ada aktor kawakan Willem Dafoe yang menjadi kunci untuk menyelamatkan Wisburg dari wabah yang dibawa Count Orlok.

Dengan durasi 2 jam 10 menit, Nosferatu memang terasa agak lambat. Tidak banyak momen menegangkan yang membuat penonton menahan napas. Namun, nuansa gotik dan horor yang terbangun lewat set, pencahayaan, dan kostum dijamin akan membuat kita lupa dengan durasi tersebut. Ingat, tanggalkan semua stereotip yang selama ini kita dapat tentang vampir modern karena Nosferatu jelas akan menjungkirbalikkan semua itu. Jadi, kalau ingin melihat vampir yang kembali ke asal-muasalnya (jelek, tidak berkilau, dan takut matahari) Nosferatu jelas akan jadi pilihan tontonan yang tepat.