Invincible Swordsman: Kemelut Perebutan Sekte di Dunia Persilatan

by Redaksi

Invincible Swordsman: Kemelut Perebutan Sekte di Dunia Persilatan
EDITOR'S RATING    

Paket komplit untuk para pencinta genre wuxia

Setelah Legends of the Condor Heroes: The Gallants tayang, Indonesia kedatangan lagi satu film wuxia yang kembali diangkat dari novel. Kali ini, novel yang diangkat adalah The Smiling, Proud Wanderer karya Jin Yong. Meski diadaptasi dari novel, film ini hanya mengambil sebagian saja dari kisah yang lebih besar dengan protagonis Linghu Chong. Memang, dibandingkan Legends of the Condor Heroes, novel ini mungkin kurang begitu dikenal di Indonesia. Namun, bagi para pencinta wuxia pasti pernah menonton atau setidaknya mengetahui kisah ini yang sudah diadaptasi ke dalam berbagai film dan serial. Kini, muncul versi terbaru setelah terakhir dijadikan film pada tahun 1993 dengan judul The East is Red

Ren Woxing, pemimpin Sekte Suci Bulan Bintang yang menjadi tiran, dikalahkan oleh Invincible East dan dipenjara. Sekte ini kemudian diambil alih oleh Invincible East dan menjadi sekte monster karena memaksa bawahannya untuk meminum pil yang bisa membuat mereka abadi. Di tempat lain, seorang pemuda bernama Linghu Chong yang asyik minum sendiri didatangi Feng Qingyang, seorang mahaguru. Keduanya sempat mengobrol hingga Linghu Chong pamit untuk menolong Ren Yingying, putri Ren Woxing yang datang mencarinya, dan sedang dihadang dalam perjalanan. Karena membantu putri dari orang yang dianggap musuh dunia persilatan, Linghu Chong diusir dari Sekte Huashan, tempatnya menuntut ilmu selama ini. Beruntung, Feng Qingyang menyelamatkannya dan mengangkatnya sebagai murid. 

Selang beberapa lama kemudian, Linghu Chong bertemu kembali dengan Ren Yingying yang meminta bantuannya membebaskan sang ayah. Tidak hanya itu, ia juga membawa kabar bahwa Sekte Huashan dan sekolah pedang lainnya sedang mengalami pertarungan sengit untuk mengalahkan Invincible East. Tidak ada pilihan lain, Linghu Chong pun turun tangan membantu tanpa sadar bahwa pilihannya ini akan membawa malapetaka besar. 

Jika Legends of the Condor Heroes: The Gallants menghadirkan perang besar antara Mongolia dan Dinasti Jin, Invincible Swordsman lebih fokus pada kemelut di dunia persilatan, lengkap dengan usaha perebutan kekuasaan, jurus-jurus sakti, efek dahsyat, pengkhianatan, hingga kisah cinta terlarang. Bagi anak muda yang di masa kecilnya kenyang dengan cerita-cerita kungfu, tentunya apa yang disajikan di sini terasa seperti paket komplit. Bahkan, sedari awal, kita sudah disuguhi adegan pertarungan antara Ren Woxing dan Invincible East yang menjadi awal mula semua yang terjadi di film ini.


Sebenarnya, kisah novel yang menjadi dasar film ini bisa dibilang cukup panjang dengan puluhan karakter. Namun, untuk menyederhanakannya dan agar bisa dinikmati mereka yang tidak membaca novelnya, maka Invincible Swordsman ini hanya mengangkat kisah Linghu Chong saat berhadapan dengan Invincible East. Dengan hanya mengambil sebagian, bisa dipahami bahwa banyak karakter yang terasa muncul begitu saja dan tidak ada fungsinya. Mungkin, di bagian cerita yang lain, mereka baru berperan besar. Selain itu, banyak asal-usul karakternya, itu termasuk tokoh utama Linghu Chong sendiri. Dengan memangkas hal-hal tersebut, film berupaya untuk fokus pada konflik yang terjadi pada saat itu dan juga adegan aksinya yang memang bisa dibilang cukup spektakuler.

Selain itu, untuk yang mengikuti novelnya, pasti tahu bahwa pada literatur aslinya, Invincible East ini aslinya adalah pria. Namun, di film ini, hal tersebut diubah sehingga ia menjadi wanita. Memang, sempat muncul versi pria, tapi tidak terlalu berperan besar. Bagi yang sudah menonton adaptasi novel ini di film terdahulu, pasti tahu bahwa karakter ini memang sudah diubah menjadi wanita, berbeda dari novelnya. Mungkin, bagi yang tidak mengikuti kisahnya akan terima-terima saja, tapi mengundang pertanyaan untuk yang menggemari. Dengan perubahan tersebut, konflik di versi 2025 ini memang membawa nuansa baru dan tidak hanya sekadar menghadirkan upaya perebutan kekuasaan. 

Dari segi cerita, jelas Invincible Swordsman punya skala lebih kecil dan lebih ringan dibandingkan Legends of Condor Heroes: The Gallants yang rilis berdekatan di Indonesia. Namun, bukan berarti kualitas yang dihadirkan agak menurun. Dengan kamera yang terasa sinematik, shot-shot indah, adegan pertarungan yang membuat kita menahan napas, dan juga cerita yang lebih fokus, Invincible Swordsman jelas bisa jadi tontonan ringan, baik untuk kita yang menyukai genre wuxia atau film-film aksi pada umumnya.    


Artikel Terkait