Adaptasi game ini bukan untuk semua orang
Jika generasi milenial besar dengan game Super Mario Bros atau Sonic the Hedgehog, Gen Z mungkin lebih kenal dengan Minecraft. Game dengan dunia dan karakter yang berbentuk serba kotak seperti game 8 bit zaman dulu ini sukses terjual 200 juta kopi di berbagai platform dengan pengguna bulanan yang aktif mencapai 140 juta orang. Dengan jumlah yang fantastis tersebut, memang tinggal menunggu waktu saja hingga Minecraft diadaptasi ke layar lebar. Sutradaranya dipilih Jared Hess yang menulis dan menyutradarai film unik Napoleon Dynamite dan Nacho Libre. Deretan cast-nya pun cukup mentereng karena ada Jack Black yang sering sekali terpilih untuk bermain di film-film fantasi seperti ini, Jason Momoa, Emma Myers (serial Wednesday), Danielle Brooks (serial Orange is the New Black), dan Sebastian Hansen.
Steve adalah penjual gagang pintu yang bosan karena hidupnya berjalan datar. Di tengah makan siang, ia ingat mimpi masa kecilnya: menjelajah tambang, namun selalu diusir oleh seorang pria tua. Setelah dewasa, Steve memutuskan datang lagi ke tambang tersebut untuk mewujudkan impiannya. Di sana, ia menemukan Bola Dominasi dan Kristal Bumi. Jika disatukan, dua benda ini akan membawanya ke sebuah dunia baru bernama Overworld, di mana semua yang ada di sana berbentuk kubus dan dengan sedikit imajinasi, kita bisa menciptakan apa pun, asal dalam bentuk kubus. Kehidupan Steve yang seru dan damai di Overworld berhenti saat ia menemukan gerbang ke alam lain bernama Nether yang dihuni sekelompok babi. Mereka berusaha merebut Bola Dominasi agar bisa menguasai Overworld. Dalam usaha terakhirnya, Steve mengirim serigala peliharaannya, Dennis, ke dunia untuk menyembunyikan Bola Dominasi. Tanpa Steve sadari, bola tersebut akan membawa empat orang ke Overworld untuk membantunya melawan Malgosha, sang pemimpin Nether, dan seluruh pasukannya.
Menyaksikan A Minecraft Movie bisa jadi akan membuat penonton awam kebingungan, terutama untuk mereka yang tidak memainkan game-nya. Dengan karakter dan istilah yang cukup banyak, kita harus berusaha untuk mengikuti dan mengingat itu di sepanjang film. Memang, tokoh manusianya hanya lima, tapi karakter dari game-nya sendiri cukup banyak. Selain Steve yang merupakan pemain utama; ada Creeper yang meledak saat didekati; Nitwit, penduduk desa yang nyasar ke dunia manusia; Iron Golem, patung besi besar yang melindungi Overworld; Piglin, babi yang berusaha menguasai Overworld; zombie, para penduduk desa, hingga Joki Ayam. Bagi pemain game-nya, deretan karakter ini tentu saja bak fan service. Namun, bagi penonton biasa, karakter-karakter ini tidak terasa istimewa. Hanya muncul sebentar untuk kemudian hilang dan terlupakan.
Selain itu, plot yang dihadirkan sudah cukup sering diangkat di film-film sejenis. Mungkin, kalau untuk dibandingkan, film ini akan mengingatkan kita pada Jumanji: Welcome to the Jungle yang kebetulan dibintangi juga oleh Black. Secara garis besar, ceritanya hampir mirip, di mana beberapa orang menemukan benda aneh, terisap ke dalam dunia baru, bekerja sama untuk melawan penjahat yang ingin menguasai dunia itu, dan pada akhirnya kembali ke dunia mereka. Tidak ada hal baru yang ditampilkan, bahkan leluconnya pun tidak membuat penonton dewasa tertawa terbahak-bahak. Beberapa adegan memang mengundang senyum dan tawa kecil, tapi hanya sampai di situ.
Meski durasinya hanya 101 menit, tapi film ini terasa lebih panjang dari itu karena bagian tengah yang berlarut-larut dan sedikit membosankan. Minimnya kedalaman karakter manusia yang ada baik itu di dunia nyata, maupun di dunia Minecraft, membuat penonton sulit untuk bersimpati. Kita hanya tahu bahwa ada empat orang yang terlempar ke Overworld dan harus bekerja sama agar bisa keluar. Selanjutnya, film hanya fokus pada dunia Minecraft tanpa menyajikan drama untuk memperdalam cerita.
Terlepas dari kelemahan mereka, A Minecraft Movie sepertinya memang ditujukan untuk pemain game-nya. Itu terbukti dengan kesuksesan film ini yang kini sudah meraih pendapatan $313.5 juta dari bujet $150 juta dan sudah jelas akan mendapatkan sekuel, apa lagi dengan end credit scene yang memberi hint ke arah sana. Namun, bagi yang tidak memainkan game-nya, film ini hanya satu dari sekian banyak adaptasi yang hanya sekadar menghibur, tapi tidak menyisakan apa-apa setelah kita keluar bioskop.