Elvis: Kisah Kepopuleran dan Kejatuhan Sang Raja Rock & Roll

by Redaksi

Elvis: Kisah Kepopuleran dan Kejatuhan Sang Raja Rock & Roll
EDITOR'S RATING    

Meski beraliran Rock & Roll, Luhrmann menghadirkan biopik dengan nuansa pop

Sebagai King of Rock & Roll dan sosok yang melegenda, wajar jika biopik Elvis Presley menjadi salah satu proyek film besar. Satu pertanyaan penting tentu siapakah aktor yang akan memerankan penyanyi dengan penjualan rekaman solo terlaris sepanjang masa ini? Sanggupkah dia menghadirkan kharisma yang minimal menyamai kharisma Presley di atas panggung?

Elvis mengisahkan tentang perjalanan Elvis Aaron Presley dalam meraih kepopuleran dan penurunan kariernya dari sudut pandang sang manajer, Tom Parker. Penyanyi kulit putih yang melantunkan lagu kulit hitam dan bergaya seperti mereka, begitulah orang-orang mengingatnya kala itu. Tentu, itu jadi kecaman di masa yang masih penuh rasisme. Namun, Elvis tidak pernah menyerah dan tetap menghadirkan musik dan gaya yang ia sukai hingga akhirnya dikenal di seluruh dunia. 

Baz Luhrmann memberikan sentuhan pop ke dalam film ini, mengingatkan kita pada Romeo + Juliet dan Moulin Rouge. Lampu neon, permainan warna, dan CGI yang dinamis seakan menggambarkan gemerlapnya industri rekaman dan Hollywood, selain tentu representasi dari kehidupan Elvis yang glamor dan kostum panggungnya yang selalu berkilau. Tidak hanya sentuhan pop, Luhrmann juga memasukkan musik-musik R&B di beberapa bagian sehingga memberi nuansa berbeda dari biopik-biopik kebanyakan.


Film ini mengambil kisah dari saat Elvis mulai bermain musik dengan The Blue Moon Boys hingga akhirnya meninggal pada tahun 1977. Bisa dibilang, 2/3 plot film ini adalah tentang perkembangan kariernya bersama Col. Parker. Bahkan, kehidupannya dengan Priscilla pun tidak terlalu banyak disinggung di sini. Elvis seakan ingin memperlihatkan sosok sang Raja Rock & Roll yang rebel dan pemberontak terhadap tekanan dan kekangan yang ia terima selama ini karena musik dan tariannya.

Durasi film ini cukup panjang, yaitu 2 jam 39 menit. Memang tidak terasa jika kita tahu mengenai Elvis dan lagu-lagunya. Tapi, mungkin bagi generasi sekarang yang tidak begitu kenal akan merasa bahwa film ini terlalu panjang. Untungnya, Austin Butler sanggup memerankan Elvis dengan sangat baik. Mulai dari suaranya yang berat-sengau hingga gayanya di atas panggung. Bahkan, bisa dibilang saat ia sudah berpakaian kulit ala Elvis dan menari, kharismanya terasa memancar. 


Mungkin, kekurangan film ini ada pada minimnya detail-detail kecil yang diberikan. Misalnya, bagaimana Elvis bisa memilih kostum yang akhirnya dikenal dunia sebagai ciri khasnya? Selain itu, Elvis juga kurang memikat dari segi lagu-lagu yang sudah dikenal masyarakat. Penonton muda yang hanya tahu beberapa lagu Elvis pasti berharap bisa ikut sing-along, seperti pada "Unchained Melody" atau "Can't Help Falling in Love." Tapi, itu hanya ditampilkan sekilas. Berbeda dari Bohemian Rhapsody yang bisa membuat kita ikut bernyanyi karena menampilkan banyak lagu populer Queen secara penuh.

Elvis adalahcomeback Luhrmann setelah terakhir menyutradarai The Great Gatsby pada 2013. Dengan ciri khasnya, ia berhasil memotret gemerlap hidup Elvis Presley sebelum akhirnya jatuh dalam depresi dan obat penenang hingga akhir hayatnya.