Bawa handuk kalau mau nonton. Tisu nggak bakal mempan.
Premis cinta dan kasih sayang dalam lingkup keluarga memang selalu menarik untuk diangkat ke dalam film. Selain emosional dan bikin hati hangat, beberapa bagian pastinya bikin air mata menetes. Nggak terkecuali film hits keluaran GDH yang laris manis di Thailand, Lahn Mah atau How to Make Millions before Grandma Dies.
Film yang dibintangi Billkin Putthipong dan jadi debut akting aktris senior Usa Semkhum ini sukses nyentil satu permasalahan keluarga modern: merawat anggota keluarga yang sudah sepuh. Apalagi ditambah vonis sakit keras dengan umur yang tidak lama lagi. Di tengah rasa duka yang mulai merayap, ada anggota keluarga yang punya alasan tersendiri untuk menghindar dari tanggung jawab. Tiap anggota keluarga juga punya cara tersendiri buat ‘mencuri hati’ demi dapat jatah warisan lebih banyak.
M (diperankan Billkin) memutuskan berhenti dari pekerjaannya untuk merawat Amah, sang nenek (Usa Semkhum) yang awalnya sakit karena terjatuh. Keputusan itu diambil bukan karena murni kasih sayang, tetapi karena ia tergiur dengan ‘nasib’ Mui (Tu Tontawan), temannya yang tiba-tiba dapat warisan rumah karena merawat pamannya yang sakit keras. M berpikir, jika ia pintar mencuri hati Amah, maka warisan rumah dan harta akan diberikan kepadanya — bukan ke ibu atau dua pamannya. Jalan cerita tentu makin lama mengarah ke tumbuhnya kasih sayang yang tulus antara M dan sang nenek. Akan tetapi, dari kisah yang sederhana serta twist yang apik menjelang akhir, How to Make Millions before Grandma Dies bakal membuat air mata tumpah tanpa henti bahkan sampai credit selesai.
Salah satu pesona film Thailand, terutama keluaran GDH, adalah kisah yang sederhana namun bisa ‘mencolek’ hati dan perasaan. Sebut saja Not Friends (2023) yang beberapa bulan lalu tayang juga di Indonesia. Di sini, kita bisa lihat akting polos Billkin sebagai cucu laki-laki semata wayang yang ogah-ogahan, memilih game sebagai passion, dan nggak ada istimewanya. Ditambah kehidupan dua paman M yang bikin penonton mengelus dada. Namun, di sinilah penonton jadi mulai merasa relate dengan ‘keberagaman’ tokoh yang ada dalam How to Make Millions before Grandma Dies. Kita seolah menjadi seperti Amah, yang memandang semua dari jauh dan siap untuk berpisah.
Satu yang patut diacungi jempol dari film ini adalah sinematografi dan teknik pengambilan gambarnya. Amah yang sudah tua dan tinggal di rumah sendirian, lalu mulai ditemani sang cucu. Dari yang awalnya asing, lalu kemudian bersedia melakukan banyak kegiatan berdua karena sadar dirinya mulai tidak sanggup bergerak banyak. Gambar diam yang menyorot punggung Amah bisa bikin air mata berlinang. Semua sisi banyak yang disorot tanpa dialog panjang, namun tetap terasa efeknya sampai ke dalam hati.
Meski film ini didukung oleh beberapa karakter, apresiasi tertinggi tentu wajib diberikan ke Billkin dan Usa Semkhum yang berusia 78 tahun. Keduanya berhasil membangun cerita dengan halus, sehingga hal rumit namun tulus dalam kehidupan orang tua dan caregiver bisa di-deliver tanpa banyak drama yang berlebihan. Kasih sayang yang tulus dari hati Amah juga sangat terasa lewat caranya menghadapi setiap anak. Celetukan dan cara bercandanya juga benar-benar bikin throwback, semacam mengobati rindu ke sosok nenek yang selalu hidup di dalam hati kita.
Untuk yang berniat nonton How to Make Millions before Grandma Dies, jangan lupa bawa tisu yang banyak. Kalau bisa, tontonlah film ini bareng teman atau keluarga agar rasa sedih dan rindu terhadap sosok nenek bisa dirasakan bersama-sama.