Subservience: Bukan Cuma Ultron, Robot ART pun Berani Memberontak

by Redaksi

Subservience: Bukan Cuma Ultron, Robot ART pun Berani Memberontak
EDITOR'S RATING    

Megan Fox menjadi robot ART yang membelot (tapi kurang berhasil)

Kisah tentang robot yang membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari, namun kemudian pada akhirnya membelot sudah beberapa kali diangkat ke layar lebar. Film terakhir yang mengangkat premis itu adalah M3GAN, robot untuk menemani anak-anak yang berbentuk seperti boneka porselen, namun berubah menjadi pembunuh. Untuk orang dewasa, kini ada Subservience. Robot berbentuk pelayan ini siap menjadi asisten rumah tangga yang membantu segala tugas rumah, mulai dari mencuci, menyeterika, dan memasak. Tapi, satu langkah salah bisa membuatnya jadi terobsesi dengan tuannya dan berupaya segala cara menyingkirkan siapa pun yang menghalangi. Dibintangi Megan Fox, Michele Morrone, dan Madeline Zima, Subservience disutradarai S.K. Dale.

Karena Maggie, sang istri, sakit dan harus dirawat di RS sambil menunggu mendapatkan donor jantung, Nick memutuskan membeli robot pelayan dari sebuah pameran. Robot tersebut dinamai Alice oleh Isla, putrinya, sesuai dengan buku kesukaan Isla, Alice's Adventures in Wonderland. Alice mengerjakan semua hal yang berhubungan dengan rumah tangga dan itu membuat Nick merasa tertolong. Sebagai pengguna utama, tugas Alice adalah memastikan Nick senang dan puas dengan hasil kerjanya. Perlahan-lahan, perilaku Alice mulai berubah dan ia pun tidak segan-segan menggoda Nick untuk memastikan kondisi tuannya itu sesuai dengan tujuan utama si robot dibeli atau yang paling ekstrem: membunuh siapa pun yang dianggap musuh tuannya.

Dengan premis yang menarik, sayangnya Subservience memiliki beberapa kekurangan. Pemilihan Megan Fox masih terasa kurang kaku sebagai robot canggih dengan AI terbaru yang dibuat semirip mungkin dengan manusia. Kesan yang kita dapat justru masih seperti manusia pada umumnya. Bandingkan dengan Gemma Chan dalam serial Humans dengan peran yang nyaris sama seperti Fox. Di sini, terasa bahwa gerak-gerik Chan sangat robot dan membuat penonton mendapatkan ilusi itu. Selain digambarkan kuat dan memiliki sinar UV di mulutnya, praktis tidak ada lagi kemampuan teknologi lain yang diperlihatkan oleh Alice sehingga kecanggihannya terasa nanggung. 


Selain itu, untuk sesuatu yang diklaim merupakan robot tercanggih, dunia yang dihadirkan dalam Subservience sangat biasa. Memang, tidak perlu sefuturistik Blade Runner atau Total Recall, tapi juga jangan se-plain ini. Tidak terlihat tanda-tanda bahwa zaman sudah sedemikian maju sehingga robot seperti ini bisa tercipta. Terasa sekali bahwa meski temanya tentang robot, tapi film ini dibuat dengan bujet yang cukup murah sehingga tidak bisa menciptakan dunia yang memang terlihat proper, misalnya seperti I, Robot (2004). 

Lewat film ini, Fox rupanya berniat mengembangkan filmografinya yang bisa dibilang tidak berkembang setelah Transformers. Beberapa film terakhirnya sebagian besar memiliki adegan aksi yang melibatkan dirinya, bukan hanya sekadar lari dari penjahat, sebut saja Till DeathExpend4bles, dan kini Subservience. Sayangnya, akting Fox yang masih stagnan membuat dia masih harus berupaya keras lagi kalau ingin dirinya kembali diperhitungkan di dunia akting Hollywood. Mungkin, dengan mencari proyek big budget lain, sejenis franchise robot yang pernah mengangkat namanya dulu?

Artikel Terkait