Air Terjun Pengantin: Klisenya Film Slasher

by Mr. P


Beberapa waktu lalu, beredar sebuah kabar (bukan kabar burung pastinya) bahwa Rizal Mantovani siap menggarap sekuel dari Air Terjun Pengantin. Kali ini, untuk memberikan feel yang beda, maka dipilihlah Phuket. Emang sih, Phuket itu terkenal dengan keindahan alamnya. Tapi, saya rasa sih alam Indonesia juga sama indahnya dengan Phuket bahkan mungkin mengalahkannya, jadi untuk apa syuting jauh-jauh? Oh well, that's a mystery i guess. Back to the topic. Jadi, karena berita inilah saya akhirnya pengen tau seperti apakah film pertamanya yang kabarnya meraup penonton hingga 1 jutaan di tahun 2009.

Beda dengan film-film lain yang saat itu (sampai sekarang) sedang marak, film ini tidak mengangkat genre horor. Saya tekankan sekali lagi: bukan horor karena tokoh antagonis film ini adalah manusia. Jadi, dikisahkan sekelompok anak muda berniat untuk pergi berlibur ke Air Terjun Pengantin karena konon kabarnya siapapun yang berdoa di depan air terjun ini semua permintaannya akan terkabul. Dan, seperti yang sudah ditebak sebelumnya, begitu sampai di pulau tempat air terjun ini berada, satu per satu dari anak muda ini tewas dibunuh oleh sesosok bertopeng.

Bisa dibilang, jualan film ini mungkin lebih kepada keindahan air terjun dan sosok-sosok seksi para pemainnya. Yap, siapa sih yang tidak ingin melihat Tamara Bleszinsky mengenakan bikini? Meski dilapis tank top, tapi tetap aja toh bikin penasaran. Belum lagi artis-artis lain yang juga berani tampil rada terbuka, seperti Tyas Mirasih, Jenny Cortez, dan Navy Rizky Tavania meski memang masih dalam konteks dan taraf wajar alias nggak berlebihan.

Sayangnya, menyaksikan Air Terjun Pengantin ini tidak ubahnya menonton film-film slasher kelas B di Hollywood sana. Akting para pemainnya terasa berlebihan dan tidak natural. Teriakan, rasa takut, bahkan hingga sekarat pun terasa palsu. Parahnya lagi, Tamara yang menjadi ujung tombak dari film ini (posisinya di poster pun ditaruh di paling depan) aktingnya terasa sangat sinetronisme. Bisa jadi, penonton malah jadi sebal dengan gesturnya yang terasa kaku. Slasher-nya juga bisa dibilang nanggung karena para penonton hanya disuguhi hasil akhirnya saja di mana ada mata copot, leher putus, hingga leher tersayat. Dan, sangat komputerisasi banget adegannya. Mungkin untuk sekuelnya mendatang, mereka bisa mencontoh Rumah Dara atau The Raid yang pastinya terasa lebih real daripada adegan-adegan di Air Terjun Pengantin.

Tidak hanya itu, motif sang dukun di film ini juga tidak jelas. Untuk apa ia membunuhi para remaja-remaji yang datang ke sana? Toh, mereka bukanlah keturunan dari para penduduk yang dulu sempat dibantai oleh sang dukun. Oh iya, mungkin kalian penasaran kenapa air terjun ini diberi nama Air Terjun Pengantin. Jadi, di prolognya digambarkan bahwa sang dukun menculik gadis kampung setempat untuk dinikahi. Namun, karena dikejar-kejar penduduk, sang dukun pun melompat ke air terjun bersama gadis tersebut untuk bersembunyi. Tapi, sang gadis (yang bukan superhero) tentu saja langsung meninggal. Hal ini membuat sang dukun dendam dan membunuhi seluruh penduduk pulau tersebut.

Yang semakin membingungkan adalah alasan sang dukun 'menyimpan' Tamara karena dari kisikan yang ia dapat Tamara adalah pengantinnya. Kok bisa? Emang yang lain kenapa? Kurang bule dan kurang cokelat?? Yah, satu hal yang pasti, si dukun emang tau cewek yang cakep di antara para remaja tersebut.

Menjelang ending, saya mengharapkan sebuah twist yang apik setelah dipaksa menyaksikan film dengan akting sekadarnya, slasher biasa saja, dan cerita yang standar. Yah, kalau misalnya mau dibandingkan sedikit saja, saya pingin film ini seperti Scream yang bikin penontonnya shock di akhir. Sayangnya, lagi-lagi saya dibuat kecewa karena ending-nya ya persis seperti yang disajikan Rizal dari awal. No twist.

Setelah menyaksikan film ini, saya jadi meragu. Apakah Air Terjun Pengantin: Phuket akan menyajikan sesuatu yang baru selain keindahan alam Phuket yang mungkin saja di Indonesia ada? Kalau kata salah satu teman, it's all about timing. Seandainya mereka menemukan tanggal rilis yang kuat dan tidak ada lawan yang sepadan, bisa jadi raupan 1 juta penonton akan mereka peroleh kembali.

Artikel Terkait