Setelah tahun lalu, pencinta film di seluruh dunia dibuat
galau dengan ending Avengers: Infinity
War yang melenyapkan setengah dari seluruh pahlawan super di muka Bumi,
kini saatnya saga pamungkas perang Batu-Batu Abadi ini memasuki babak akhir
dalam Avengers: Endgame.
Dibandingkan dengan bagian pertama terdahulu, Endgame dibuat setingkat lebih cerah.
Para pahlawan super yang tersisa kini bahu-membahu mencari cara mengembalikan
apa yang sudah dilakukan Thanos, menghapus setengah populasi dunia. Tiga jam
mungkin memang terasa panjang bagi sebagian penonton yang tidak terbiasa.
Namun, duet sutradara Anthony Russo dan Joe Russo berhasil menyajikan kisah
yang tidak bertele-tele. Durasi panjang tersebut wajar mengingat tahapan yang
harus dijalani dalam upaya mencegah Thanos.
Dengan Infinity
War yang dikagumi banyak orang karena berhasil menyajikan kisah yang meski
berat, namun tetap menghibur, Russo Bersaudara kembali mendapat tantangan yang
sama: bagaimana menutup kisah Marvel Cinematic Universe yang sudah dibangun
selama 10 tahun dengan jumlah film mencapai 20 lebih? Yang pasti, alurnya tidak
boleh mudah ditebak oleh teori para fans di seluruh dunia. Hasilnya, Avengers: Endgame yang berkali-kali
mengundang seruan girang karena berbagai momen epik yang dimunculkan.
WARNING:
Ulasan di halaman berikut mengandung spoiler. Jika kalian belum menonton, berhenti
membaca di sini.

Teori para fans memang benar adanya, bahwa para
Avengers yang tersisa akan memasuki alam kuantum untuk mencoba menyelamatkan
50% penduduk Bumi yang dilenyapkan Thanos. Namun, Russo Bersaudara dengan
cerdik menyiapkan alur yang tidak terduga dengan membawa para penonton
bernostalgia dengan film-film sebelumnya, baik melalui adegan mau pun kemunculan
kembali tokoh-tokoh di film sebelumnya. Ini semacam fan service atas kesetiaan seluruh penggemar film di dunia yang
telah mengikuti perjalanan 10 tahun MCU sejak Iron Man hingga Infinity War.
Untuk itu, jangan harap bisa menonton Endgame
tanpa mengikuti 22 film sebelumnya.
Di sini pulalah, sebuah film pahlawan super terasa
emosional. Setidaknya, para penonton akan menangis satu kali, entah itu di
awal, pertengahan, atau menjelang film berakhir. Menangis sedih karena salah
satu karakter favoritnya mati atau menangis haru karena puas dengan bahwa
Thanos akhirnya mendapat balasan yang setimpal. Untuk mengimbanginya, Russo
Bersaudara pun menyelipkan bagian-bagian komedi, entah dari dialog,
situasional, atau pun gestur (we’re
looking at you, Thor!). Setidaknya,
penonton puas bahwa Endgame tidak semuram
Infinity War.

Namun, dengan berderetnya sisi positif dari film yang
agaknya akan memecahkan rekor di mana-mana ini, Endgame juga memiliki kekurangan. Bisa dibilang, kisah berjalan flat sepanjang dua jam awal dan baru
mulai menarik saat Thanos menyambangi Bumi. Perang yang terlihat akan sangat
menjanjikan, ternyata berjalan cukup cepat. Marvel rupanya masih harus berguru
dengan Lord of the Rings: Return of the
King untuk bagian ini. Puncaknya adalah Captain Marvel yang selama ini
menampilkan kesan akan menjadi sosok kunci dalam pertarungan puncak melawan Thanos
ditampilkan kurang perkasa, selain bisa menghancurkan kapal-kapal dalam sekali
tabrak. Waktu kehadirannya yang bahkan tidak mencapai setengah durasi film pun
terasa agak mengecewakan.
Secara keseluruhan, film ini berhasil menghadirkan konklusi dan menjadi penutup yang memuaskan
banyak pihak dengan memberikan hint terhadap
beberapa film MCU ke depannya. Terlepas dari kekurangan yang kurang memuaskan bagi
beberapa kalangan, Endgame akan
menjadi bahan pembicaraan yang tidak akan habis dibahas hingga beberapa minggu
setelah penayangannya.
