Madame Web: Menebar Jaring Kekecewaan pada Penonton

by Redaksi

Madame Web: Menebar Jaring Kekecewaan pada Penonton
EDITOR'S RATING    

Jangan berekspektasi lebih saat menontonnya kalau tidak mau kecewa

PERINGATAN, REVIEW INI MENGANDUNG SPOILER!

Menciptakan kisah asal-muasal karakter komik yang tidak terlalu tenar bagai pedang bermata dua. Bisa menarik seperti Guardians of the Galaxy yang sukses besar, seperti Venom yang masih cukup disukai hingga dibuatkan sekuelnya, atau seperti Morbius yang dianggap gagal dan dicaci-maki. Madame Web sebagai tokoh dalam dunia Spider-Man juga mengalami nasib serupa. Saat diumumkan pembuatannya, para penggemar komik jelas menyambut dengan antusias, apalagi begitu deretan cast diumumkan dan tampak menjanjikan: Dakota Johnson, Sidney Sweeney, Isabela Merced, dan Celeste O'Connor. Tentunya, mereka yang sudah menunggu-nunggu juga berharap akan ada fan service terkait dunia Spider-Man yang sudah kita kenal.

Cassandra "Cassie" Webb adalah seorang paramedis yang sehari-hari bertugas menjadi responder pertama jika terjadi kecelakaan. Hidupnya berubah saat ia tidak sengaja terjebak di dalam mobil yang terjun ke air setelah menolong seorang pria. Cassie kini sering mengalami penglihatan terhadap apa yang akan terjadi di masa mendatang. Saat kemampuannya itu membawa Cassie mengetahui kematian tiga gadis muda yang diserang seorang pria kemampuan super, ia dihadapkan pada pilihan: menolong ketiganya atau membiarkan masa depan berjalan dengan apa adanya.

Karena Madame Web tidak setenar Spidey, tentunya film pertama ini menjadi semacam pertaruhan. Gagal, berhenti total. Berhasil, lanjut ke sekuel. Sayangnya, apa yang tersaji selama 116 menit akan condong ke nasib 'berhenti total' alih-alih dilanjutkan. Kisah Madame Web bisa dibilang tidak terlalu grande. Tujuan utama Ezekiel Sims sebagai villain pun hanya mengejar para remaja yang di masa mendatang akan membunuhnya. Gadis-gadis ini bahkan belum tahu kapan, bagaimana, dari apa, dan di mana mereka akan mendapatkan kekuatan. Tapi, karena khawatir dibunuh terlebih dulu, maka Ezekiel memutuskan untuk menjemput bola. Tidak hanya itu, karakter villain ini nyaris tidak punya latar belakang yang jelas. Apa pekerjaannya, bagaimana hidupnya, apa tujuannya merebut laba-laba arañas dari tangan Constance Webb (ibu Cassie), hingga bagaimana ia bisa mendapatkan kostum yang mirip Spider-Man. Penonton seakan hanya disuguhkan hasil jadi dan diminta untuk menelannya tanpa perlu banyak bertanya.


Salah satu yang cukup disayangkan adalah materi promosi yang bagai "janji palsu" kepada para penontonnya. Di trailer, kita diperlihatkan tiga Spider-Woman dengan kostum berbeda-beda. Ini tentu membuat hype terhadap film ini meningkat. Para calon penonton pasti membayangkan bahwa akan terjadi perang besar yang melibatkan tiga gadis laba-laba ditambah Madame Web dengan kemampuan prekognisinya. Namun, itu semua tidak terjadi. Ini jelas salah satu momen yang mengecewakan dalam Madame Web, selain adegan pertarungan puncak yang tidak memiliki banyak momen keren atau, minimal, membuat penonton menahan napas karena menegangkan. 

Meng-casting pemeran utama yang tepat juga menjadi faktor signifikan dalam menghidupkan sebuah karakter komik. Salah satu yang berhasil misalnya Tony Stark/Iron Man atau Stephen Strange/Doctor Strange. Sayangnya, pemilihan Dakota Johnson sebagai sosok Cassie Webb/Madame Web bisa dibilang kurang sesuai. Aktingnya monoton dan tidak ekspresif, bahkan di adegan-adegan yang terasa genting. Johnson seakan berbicara tanpa emosi, baik itu adegan marah, sedih, senang, atau takut. Sayangnya, itu semua seakan menular ke para pemeran lain yang juga terlihat flat. 

Keinginan Sony Pictures untuk memperluas dunia Spider-Man menjadi sebuah franchise yang menguntungkan agaknya harus dihentikan sementara, setelah Venom, Morbius, dan kini Madame Web, terasa kurang memuaskan dari segi kualitas. Yang perlu mereka lakukan adalah me-review ulang apakah tokoh ini pantas berdiri sendiri atau butuh pendamping dengan kepopuleran yang lebih kuat. Dan, tolong jangan ada harapan palsu lagi. Penonton lelah.