Imajinari berhasi lagi!
Kalau dipikir-pikir, film lokal yang fokus ceritanya tentang kehidupan orang Indonesia Timur masih jarang diangkat dalam format yang menyenangkan. Biasanya, film ini kental dengan unsur drama, serta mengusung premis berjuang meraih sesuatu. Tak lupa, pengambilan gambar long shot yang memukau mata, menampilkan indahnya alam Indonesia Timur. Sebut saja Denias (2006) dan Salawaku (2016) yang memperlihatkan indahnya tanah Papua, Athirah (2016) dengan keindahan alam Makassar, atau Marlina Pembunuh dalam 4 Babak (2017) yang memperlihatkan magisnya tanah Sumba. Tentu tidak ada salahnya, akan tetapi tidak salah juga jika mengangkat sisi kehidupan yang lebih ‘umum’ dan dekat dengan penonton.
Tahun ini, ada angin segar dari film drama komedi Kaka Boss produksi Imajinari yang sebelumnya berhasil mengangkat film bertema kedaerahan lewat Ngeri-Ngeri Sedap dan Agak Laen. Kali ini, komika Arie Kriting turun tangan sebagai sutradara sekaligus penulis naskah. Mayoritas cast-nya pun diisi oleh jajaran aktor dan aktris dari Indonesia Timur, mulai dari Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, sampai Papua. Ada Godfred Orindeod, Glory Hillary, Mamat Alkatiri, Abdur Arsyad, Reinold Lawalata, Nowela Elizabeth, Teddy Adhitya, Putri Nere, Priska Baru Segu, Elsa Japasal, Aurel Mayori, Chun ‘Funky Papua’, Ge Pamungkas, Kristo Immanuel, dan Ernest Prakasa.
Kaka Boss mengisahkan Ferdinand ‘Kaka Boss’ Omakare (Godfred Orindeod), bos besar/direktur utama perusahaan jasa keamanan dan debt collector yang terkenal di Jakarta. Namanya paling disegani di dunia malam, setiap hari diantar jemput pengawal dengan mobil mewah, rumahnya pun mentereng. Saat karakternya muncul, musik latar Kaka Boss yang khas pun ikut diputar.
Berbeda dengan perawakannya yang seram, Kaka Boss selalu taat birokrasi dan bijaksana setiap mengambil keputusan. Namun, di balik power-nya yang besar, ada satu yang membuat Kaka Boss galau. Angel (Glory Hillary), putri semata wayang yang paling ia cintai, tidak bangga dengan pekerjaan sang ayah. Di mata Angel dan teman-teman sekolahnya, Kaka Boss adalah preman. Demi membahagiakan Angel, Kaka Boss pun banting setir jadi penyanyi. Misinya satu: membuat Angel bangga dengan profesinya sekaligus menyanyikan lagu debutnya di panggung acara sekolah.
Sepanjang film diputar, tepuk tangan paling meriah tentu harus ditujukan ke Godfred Orindeod. Ia berhasil menghidupkan karakter Kaka Boss yang tegas, galak, penuh wibawa dan karismatik saat di luar rumah, namun berubah jadi suami takut istri yang juga serba salah di hadapan anak perempuannya. Godfred sendiri sudah cukup lama unjuk kemampuan akting di beberapa proyek, sebut saja Foxtrot Six, Pertaruhan: The Series, dan My Journey: Mencari Mata Air. Namun, baru kali ini ia menjadi pemeran utama, di film bergenre drama komedi pula.
Hasilnya? Satu film yang komplit. Dramanya hangat, soundtrack-nya asik, koreografinya mantap, komedi dan celetukannya segar — khas karena dibuat dan dieksekusi langsung oleh artis dari Timur. Tidak ketinggalan kombinasi kostum, make up, dan tata rambut yang sangat on point. Semua serba pas, menyatu dengan semua karakter yang ada, terlihat indah dan eye pleasing.
Hadirnya para komika sebagai pemeran pendukung juga membuat film ini semakin hidup. Kita dijamin ikut ketawa sampai batuk melihat polah Mamat Alkatiri dan Reinold Lawalata, serta celetukan jahil Priska Baru Segu setiap ada kesempatan me-roasting Kaka Boss. Bahkan, kemunculan Ernest Prakasa sebagai produser musik pun bisa jadi humor tersendiri.
Mungkin, kekurangan terasa di beberapa part yang agak bertele-tele. Dialog yang diucapkan pun ada yang terasa seperti hafalan dan ‘menunggu giliran’. Ditambah lagi, karena hampir semua cast berasal dari Indonesia Timur yang intonasinya khas dengan pelafalan cepat, penonton yang belum familiar bisa ketinggalan memahami obrolan atau lawakan yang diucapkan. Tetapi, itu semua tentu tidak jadi masalah. Justru itulah kekuatan dari Kaka Boss yang belum dimiliki film lain. Silakan datang dan nikmati film, humor, lagu, dan tariannya karena Kaka Boss adalah film yang dipersembahkan Indonesia Timur untuk semua pencinta film di Tanah Air.