Bullet Train: Harta, Tahta, dan Kereta

by Redaksi

Bullet Train: Harta, Tahta, dan Kereta
EDITOR'S RATING    

Kereta cepat yang seru dan penuh darah

Kereta sudah sering diangkat menjadi setting cerita. Mulai dari usaha melarikan diri dari zombie dalam Train to Busan, pertentang kelas miskin dan kaya dalam Snowpiercer, atau misteri pembunuhan dalam Murder on the Orient Express. Dengan tempat sempit dan lokasi itu-itu saja, keunggulan film ber-setting kereta biasanya dari segi cerita, pemain, dan dialognya. Bullet Train pun menghadirkan hal serupa, ditambah aksi dan darah muncrat di mana-mana.

Mengisahkan Ladybug (Brad Pitt) yang dimintai tolong mengambil sebuah koper di dalam Bullet Train atau kereta api cepat yang berangkat dari Stasiun Tokyo. Pekerjaan yang dianggapnya mudah ini, ternyata malah molor dan berlarut-larut setelah ia bertemu pembunuh kembar, Lemon dan Tangerine; pria yang ingin membalas dendam kematian istrinya, The Wolf; hingga gadis lugu dengan kemampuan mematikan, The Prince. Perkelahian, adu cerdik, dan adu bacot pun terjadi di kereta tersebut.

Mengusung nama David Leitch (Deadpool 2) sebagai sutradaranya, jelas menjanjikan satu hal: darah di mana-mana. Seperti halnya Deadpool 2, kekerasan di sini ditampilkan secara eksplisit. Bukan untuk penonton berjantung lemah memang. Tapi, film ini bukan hanya soal kekerasan. Aksi yang ditampilkan tentu sangat menarik. Bayangkan harus berkelahi di gerbong kereta yang sempit dan tidak boleh bersuara. 

Ceritanya sendiri hanya berkisar pada dua hal: salah paham dan perebutan koper. Twist yang dihadirkan pun tidak semuanya dibuka menjelang film usai, tapi seperti bawang yang sedikit demi sedikit dikupas, dari tengah sampai akhir membuat penonton cepat paham dan tidak keburu lupa karena semua ditumpuk di belakang. Dengan berkumpulnya pembunuh bayaran di satu kereta, film ini bisa jadi sebuah film yang muram. Tapi, dengan neon dan maskot lucu, Leitch menghadirkan film kelam dengan gaya ngepop dan ringan. 


Deretan pemainnya patut diacungi jempol karena sukses memerankan masing-masing karakter dengan  baik. Bahkan, cameo yang hadir pun bakalan membuat kita puas dan tertawa keras. Tentunya, Brad Pitt sebagai Ladybug adalah ujung tombak film ini. Tidak hanya pandai beradegan aksi, dia pun juga bisa tampil agak konyol. Dan, layaknya Kill Bill, kostum karakternya cukup memorable, seperti seragam sekolah yang dipakai The Prince (Joey King). 

Menyaksikan Bullet Train memang jadi salah satu keasyikan sendiri. Warnanya memanjakan mata, leluconnya bikin tertawa, dan aksinya bikin kita berseru (kalau berani). Paket komplit untuk penyuka film aksi plus akting Brad Pitt yang nggak pernah mengecewakan. 

Oh ya, ada dua benda yang cukup mencuri perhatian sepanjang film ini, yaitu kacamata dan koper. Ternyata, dua brand besar ada di balik dua hal ini. Siapa mereka? Cek di halaman berikutnya.