Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul - Mengungkap Dunia Mistis Tanah Jawa Lewat Retrokognisi

by Redaksi

Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul - Mengungkap Dunia Mistis Tanah Jawa Lewat Retrokognisi
EDITOR'S RATING    

Pembuka gerbang menuju kisah-kisah mistis di Tanah Jawa

Bisa dibilang, saat ini IP-IP horor besar sedang berada dalam genggaman MD Pictures. Setelah Danur dan Simpleman, kini Kisah Tanah Jawa juga menjadi salah satu kisah horor yang sedang dibangun semestanya oleh MD, dibuka oleh Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul. 

Hao (Deva Mahenra) dan Rida (Della Dartyan) merupakan dua sahabat yang hobi menelusuri tempat sejarah untuk melakukan retrokognisi (menangkap sisa-sisa residu dari masa lalu untuk melihat apa saja yang sudah terjadi di sana). Sebenarnya, hanya Hao saja yang memiliki kemampuan itu, sementara Rida bertugas merekam. Suatu saat, mereka didatangi orangtua yang sudah dua hari kehilangan anak perempuannya, Sari. Karena tidak ada titik terang dari kepolisian, akhirnya mereka menemui Hao untuk melakukan retrokognisi ke kejadian dua hari yang lalu. Dari situ, Hao menyadari bahwa ada entitas jahat yang mengincar dia dan Sari berupa pocong gundul. 

Berbeda dari thread atau novel horor kebanyakan yang mengisahkan kejadian dengan bertutur seperti cerita, novel Kisah Tanah Jawa lebih menyerupai penjelasan Om Hao tentang suatu daerah atau entitas saat ia sedang melakukan retrokognisi. Buku KTJ: Pocong Gundul yang memperlihatkan perjalanan Om Hao dalam mengunjungi sebuah sekolah yang kerap diganggu hantu pocong berkepala gundul. Dari situ, terkuaklah bahwa entitas ini bernama Walisdi, dukun ilmu hitam yang membuat perjanjian dengan banaspati agar punya kekuatan.


Karena bukunya yang lebih menyerupai cerita singkat daripada satu kisah utuh, maka naskah KTJ versi film bisa dibilang sebagai adaptasi bebas dari versi bukunya. Untuk itu, tidak heran jika ada bagian yang ditambah, dikurangi, atau diubah untuk menghadirkan cerita yang lebih jelas. Bagusnya, naskah buatan Agasyah Karim, Khalid Kashogi, dan Awi Suryadi ini tetap memakai karakter penting sebagai penyambung benang kisah, yaitu Sari.

Dalam bukunya sendiri, Sari dikisahkan sudah meninggal dan ruhnya yang menemani Om Hao menjelajahi setiap sudut sekolah. Sementara, dalam filmnya, Sari menjadi penggerak cerita saat dirinya diculik Pocong Gundul dan diselamatkan Om Hao. Tokoh Rida meskipun tidak ada di bukunya, tapi ternyata cukup berperan penting di sini karena menjadi semacam penjaga saat Hao sedang melakukan retrokognisi sehingga tidak sadar akan sekitar. Masa lalu Walisdi yang kelam dan tragis pun tidak terlalu disinggung di sini, selain bahwa ia adalah dukun sesat yang tidak segan-segan membunuh targetnya. 


Untungnya, penyesuaian yang dilakukan ini bisa diterima yang sudah membaca bukunya karena menghadirkan sudut pandang baru, sementara yang belum baca bukunya tidak akan bingung dan bisa mengikuti alur kisahnya. Bicara soal alur, KTJ: Pocong Gundul bisa dibilang lebih rapi daripada KKN di Desa Penari atau Sewu Dino. Penggambaran waktunya jelas, plotnya bisa diikuti pembaca bukunya atau pun bukan, dan bahasa Jawa-nya juga terasa lebih enak didengar daripada bahasa Indonesia yang dilogatjawakan. 

KTJ: Pocong Gundul bisa dibilang berhasil menanamkan fondasi dari sebuah semesta luas dunia retrokognisi Om Hao. Masih banyak bukunya yang mengantri untuk diceritakan, seperti Jagat Lelembut, Unit Gaib Darurat, Bank Gaib, dan masih banyak lagi. Kalau memang hasil penontonnya memuaskan, kemungkinan besar tahun depan kita akan bisa melihat kelanjutan dunia mistis di tanah Jawa ini.