Yang pasti tidak akan ada Lancelot, Guinevere, dan Merlin.
Salah
satu sineas Inggris yang cukup ditunggu karya-karyanya adalah Guy Ritchie. Berbagai
genre film pernah ia sutradarai dan jarang mengecewakan. Selain itu, Ritchie
pun memiliki ciri khas yang membuat para penontonnya akan langsung berkata ‘ini
film Guy Ritchie banget!’ saat
menontonnya. Itu jugalah yang akan kalian rasakan saat menonton King Arthur: Legend of the Sword.
Ritchie
rupanya ingin mengisahkan awal mula legenda King Arthur yang terkenal itu tanpa
menyusahkan penontonnya dengan nama-nama Ksatria Meja Bundar, kisah cinta segitiga
Arthur-Guinevere-Lancelot, atau pun kehadiran Merlin. Alih-alih kisah intrik dalam
kerajaan, film ini mengisahkan perubahan hidup yang dialami Arthur saat dirinya
diketahui adalah pewaris kerajaan dan beban yang harus diembannya saat dirinya
berhasil mencabut Pedang Excalibur yang tersohor.
Mencampur
Ritchie dengan Abad Pertengahan jelas adalah sebuah terobosan baru. Sineas
kelahiran Inggris ini tidak menggunakan sinematografi yang monoton seperti
kebanyakan dimunculkan dalam film-film bertema Medieval, seperti Seventh Son atau Snow White and the Huntsman. Ia justru menggunakan ciri khasnya,
seperti pergerakan kamera yang dinamis, lelucon sarkas, hingga background musik kekinian.
Jika
banyak kalangan yang mengkhawatirkan bahwa film ini akan tampak seperti film
Abad Pertengahan yang setengah-setengah dari segi efek spesial, tidak perlu
khawatir. Meskipun tidak semegah Lord of
the Rings, jelas hasilnya tidak mengecewakan. Para pencinta Game of Thrones juga mungkin akan
merasakan nuansa serial ini dari properti, kekejaman Vortigern, hingga musik.
Terutama juga munculnya Aidan Gillen sebagai Goosefat Bill.
Mengingat
masih ada beberapa karakter utama yang belum dimunculkan (bahkan Merlin pun
tidak ditampilkan), kita bisa berharap bahwa Ritchie menyimpan semuanya untuk
sekuel. Dengan catatan, jika film berbujet $102 juta ini sukses.
Trivia: Pada ending credit, tertulis karakter yang diperankan Àstrid
Bergès-Frisbey bernamaThe Mage. Sementara di Wikipedia, karakternya disebut Guinevere.
Namun, beberapa hari kemudian, Wikipedia mengganti karakter tersebut menjadi
The Mage. Mungkinkah Wikipedia keceplosan mengungkap siapa karakter sang
penyihir sebenarnya.