TENET: Kisah Mata-Mata Berbalut Fisika Ala Nolan

by Takdir

TENET: Kisah Mata-Mata Berbalut Fisika Ala Nolan
EDITOR'S RATING    

Nolan menggunakan berbagai trik dari kantung ajaib Doraemon dalam kisah mata-mata yang agak kering

Kalau Anda belum paham Inception dan Interstellar, Nolan siap menyiksa dengan Tenet. Sebenarnya,Tenet tidak serumit chat belum dibalas meski sudah centang biru. Walau begitu memang menarik mengupas Tenet. Tokoh utamanya adalah Sang Protagonis (John David Washington, anaknya Denzel Washington. Kaget Denzel sudah punya anak dan anaknya brewokan? Sama) yang menjadi mata-mata dan bertugas menyelamatkan dunia dari kejahatan Sator (Kenneth Branagh) yang entah mengapa mendapatkan kepingan algoritma dari masa depan. Kepingan ini jika disatukan maka bisa membuat Sator me-restart semesta. Ya seisi semesta, bukan hanya dunia. 

Tentu saja dalam aksinya, Nolan menyelipkan berbagai macam trik sulap dari kantong Doraemon, tapi minus Suneo dan Giant yang mem-bully Protagonist. Ada istilah-istilah baru bagi orang awam, seperti inversi alias bisa maju mundur dalam perjalanan waktu sampai mesin "turnstile" yang seperti pintu masuk hotel. Tentu saja perdebatan dan diskusi akan film ini menarik, apalagi bidang yang ditarik Nolan menjadi cerita adalah fisika partikel. Kejadian-kejadian dalam film ini seperti maju terlihat mundur sebenarnya sudah “terjadi,” tapi secara partikel dan dalam durasi amat sangat pendek. Namun, oleh Nolan dibawa menjadi sebuah kisah aksi mata-mata.


Dari segi konsep, yang ditawarkan Nolan menarik sebab bukan perjalanan waktu semudah masuk laci Nobita, tetapi manusia yang kembali ke masa lalu atau menuju masa depan terlihat seperti sedang moonwalk ala Michael Jackson. Soal segala macam teorinya silakan dicari sendiri lewat Google. Dari segi visual juga menarik, Nolan seolah sedang audisi menjadi sutradara film James Bond, berbagai lokasi menarik dan tentu saja adegan pamungkas yang membingungkan, tapi bagus, mampu menghibur penonton dilengkapi adegan aksi dan iringan musik yang membahana.

Hanya saja beda dengan Inception dan Interstellar yang ada sisi emosionalnya (ayah yang mau pulang kampung ketemu anak), Tenet tidak memiliki itu. Protagonist seolah adalah PNS teladan yang melaksanakan tugas sesuai tupoksi (tugas, pokok, dan fungsi). Tidak ada motivasi pribadi yang bermain. Sedangkan, Neil (Robert Pattinson) menunjukkan bakat akting yang bagus sehingga tidak salah jika berharap tinggi pada Batman yang akan rilis nanti. 


Sisi manusiawi dari film ini ada dari pertemanan Neil dan Protagonist serta Kat (Elizabeth Debicki) yang berjuang agar bisa bersatu dengan anaknya. Lalu, apa motivasi Sator? Sator yang trauma karena Soviet bubar tampaknya sakit hati pada dunia dan ketika menemukan algoritma tersebut maka dia ingin menghapus saja dunia dan seisi semesta ini selamanya.

Tidak salah jika ada yang menyebut film ini “kering” karena kurang balutan sisi emosional. Apalagi banyak yang mengkritik musik dalam Tenet menenggelamkan dialog yang ada. Ini sebenarnya bisa terbantu oleh subtitle. Kehadiran Michael Caine pun sebenarnya “tidak perlu-perlu amat” sebab hanya memperpanjang durasi film yang sudah panjang ini.

Memang rumit menjelaskan fisika partikel tapi ada hal mudah yang dijelaskan yakni palindrome. Judul film ini jika dibolak balik adalah sama. Sator punya perusahaan bernama Rotas. Kejadian di Opera juga punya “kebalikan” yakni nama pelukis yang disebut Protagonis, Arepo. Tinggal dicari saja Sator Square lewat Google, sebuah stempel kotak artefak yang berasal dari Pompeii, Italia. Jika jeli, Sator pun sempat mengatakan bahwa anak Kat liburan ke Pompeii.

Jika Anda mengira Nolan cerdas karena berhasil membawa kisah mata-mata dalam balutan fisika partikel, maka tantangan selanjutnya adalah apakah Nolan mampu membuat film berdasarkan buku manual mesin cuci dengan handycam rumahan?