Oppenheimer: Biopik ala Nolan yang Penuh Dialog, tapi Menegangkan

by Redaksi

Oppenheimer: Biopik ala Nolan yang Penuh Dialog, tapi Menegangkan
EDITOR'S RATING    

Mengenal bapak bom atom dari kacamata Christopher Nolan

Karya-karya Christopher Nolan selalu ditunggu para pencinta film di seluruh dunia. Ide-idenya liar dengan eksekusi yang kadang tidak terduga. Siapa yang terpikir tema mengubah gagasan melalui mimpi? Siapa yang terpikir cerita tentang usaha memperbarui bahan pangan di dunia dengan perjalanan luar angkasa? Siapa yang terpikir kisah mengenai mesin yang bisa membengkokkan waktu? Setelah memukau (sekaligus membingungkan) lewat Tenet (2020), Nolan kembali dengan menghadirkan sebuah biopik mengenai bapak bom atom dunia, J. Robert Oppenheimer. 

Kisah ini berfokus pada saat Oppenheimer diminta pemerintah Amerika untuk membuat bom atom dalam rangka mengalahkan Nazi yang sudah terlebih dulu melakukan riset terkait bom. Amerika percaya bahwa siapa pun yang memiliki bom dengan daya ledak terbesar sanggup menghentikan Perang Dunia II yang saat itu sedang berkecamuk. Di tengah usahanya menciptakan bom, Oppenheimer berkonflik dengan banyak orang: pacarnya, istrinya, ilmuwan lain, hingga Kepala Komisi Energi Atom, Lewis Strauss. Puncaknya adalah saat ia dituduh sebagai agen ganda. 

Sebuah biopik dengan durasi tiga jam, apalagi tentang penemu bom atom, tentulah sulit dibayangkan keseruannya. Pasti banyak dialog panjang, istilah-istilah rumit, dan minim ketegangan. Pelajaran sejarah saat di bangku sekolah saja sudah cukup membosankan, ini lagi sebuah film autobiografi tentang seseorang yang karyanya lebih terkenal dari penciptanya.  


Tapi, serahkan itu ke tangan Nolan maka lahirlah sebuah biopik yang intens dan sama menegangkannya dengan film aksi. Dialog-dialog panjang? Jelas ada. Istilah fisika? Banyak. Tapi, selain itu, Nolan juga menyisipkan kisah mengenai hubungan Oppenheimer dengan kekasihnya, Jean Tatlock, yang berseberangan idealisme; hubungannya yang sempat sulit dengan sang istri, Kitty, namun pelan-pelan menghangat, dan juga konflik batinnya saat tahu bahwa karya yang ia ciptakan untuk mengakhiri perang malah membawa bencana besar bagi para penduduk Hiroshima dan Nagasaki. 

Sepertiga awal mungkin akan terasa berjalan lambat dan terasa membosankan karena menyorot kehidupan Oppenheimer sebagai fisikawan yang bergabung dengan beberapa organisasi dan kehidupan percintaannya. Namun, memasuki pertengahan hingga akhir, kita akan dibawa terpaku ke layar dengan usaha Oppenheimer menciptakan bom atom, perseteruannya dengan pihak-pihak militer dan ilmuwan, kesuksesannya saat ujicoba, hingga persidangannya di ruang tertutup. Semua itu tidak berjalan linear, tapi diselang-seling dengan tiga lini waktu: persidangan Oppenheimer, proses pembuatan bom di Los Alamos, dan persidangan Strauss. Meski tidak familiar dengan selang-seling tiga lini waktu ini di awal, namun begitu sudah terbiasa, kita akan menikmatinya. 


Selain tentunya naskah dan penyutradaraan Nolan yang memang luar biasa, kredit lebih patut diberikan kepada Ludwig Göransson sebagai penata musik. Ini merupakan kali kedua ia bekerja sama dengan Nolan setelah Tenet. Göransson sukses memberikan nyawa kepada Oppenheimer melalui musiknya yang mellow di bagian drama, tapi menghentak dan menegangkan di bagian-bagian genting. Kalau kalian sudah menonton Tenet, kira-kira begitulah gambaran musik yang ada di Oppenheimer. Penggunaan kamera IMAX pun dimaksimalkan. Di tangan Nolan, IMAX bukan hanya untuk film-film aksi, bahkan film biopik pun tampil menawan dengan banyak menampilkan shot-shot close up membuat drama yang dihadirkan jadi terasa intens dan dukungan sound akan membuat suara ledakan bom jadi terasa nyata.

Sekali lagi, Christopher Nolan sukses menyajikan film yang tidak hanya kuat dari segi sejarah, tapi juga menyentil moral orang-orang: apakah pembuat bom yang tujuannya ingin mengakhiri perang sama berdosanya dengan orang-orang yang memakai bom sebagai senjata? Dengan Oppenheimer, Nolan kembali menancapkan kukunya di perfilman Hollywood sebagai salah satu sutradara terbaik pada masanya.