Mencuri Raden Saleh: Usaha Pencurian Harta Karun Negara

by Redaksi

Mencuri Raden Saleh: Usaha Pencurian Harta Karun Negara
EDITOR'S RATING    

Aksi heist yang digawangi anak-anak muda

Sebuah pencurian besar. Bukan uang atau emas, tapi lukisan bersejarah "Penangkapan Pangeran Diponegoro" yang dipajang di Galeri Museum Nasional. Pelakunya? Enam anak muda dengan berbagai kebisaan. Otaknya? Angga Dwimas Sasongko. Inilah proyek ambisius Visinema yang sudah dikembangkan selama empat tahun, Mencuri Raden Saleh (MRS).


HATI-HATI, SINOPSIS BERIKUT MENGANDUNG SPOILER RINGAN


Piko dan Ucup, dua teman dekat, yang mencari uang tambahan dengan memalsukan lukisan dan menjualnya ke kurator untuk kemudian dilelang dengan harga tinggi. Suatu hari, sang kurator, Dini, menawarkan pekerjaan berharga mahal, menduplikasi lukisan Raden Saleh yang konon tidak ternilai harganya: Penangkapan Pangeran Diponegoro. Meski awalnya ragu, namun sebuah situasi membuat Piko setuju. Kegembiraan karena mendapat uang banyak, berubah jadi kengerian saat Piko dan Ucup berhadapan dengan Permadi yang meminta hal tidak masuk akal: menukar lukisan Raden Saleh yang dipamerkan di Museum Nasional dengan lukisan buatan Piko. Dengan nyawa ayah Piko sebagai ancamannya, kedua sahabat ini mau tidak mau menerima pekerjaan itu dan mulai membentuk tim untuk membantu pencurian terbesar abad ini.

Dua hal yang menonjol dari film ini adalah tema pencurian (heist) yang jarang diangkat di film Indonesia dan jajaran cast utamanya yang terdiri dari bintang-bintang muda yang sedang bersinar namanya di perfilman Indonesia. 


Membuat film heist tentu tidak mudah. Beberapa unsur yang umum ada di film heist adalah misi, perekrutan, pengkhianatan, twist tidak terduga, dan tipu-menipu yang hasilnya akan membuat kita tercengang dan kagum. Tiga unsur awal mudah dibuat, tapi twist dan trik jelas yang paling ditunggu-tunggu. Salah-salah, bukannya membuat penonton kagum, tapi malah bikin kesal karena trik yang tidak masuk akal dan twist yang mudah ditebak. Untungnya, MRS berhasil menjawab semua kekhawatiran yang sempat berdengung di awal pembuatannya. Film ini punya twist yang menarik dan trik yang cukup masuk akal. Kalau pun ada bagian yang dirasa membingungkan bagi penonton, itu tidak sampai menghilangkan kenikmatan menontonnya.

Deretan cast yang dipilih untuk melakukan pencurian pun tidak main-main. Kapan lagi melihat Iqbaal Ramadhan dan Angga Yunanda berbagi layar yang sama dengan screen time yang sama banyaknya? Jelas hanya di MRS. Dalam beberapa tahun ke depan, jelas akan sulit menemukan kedua aktor muda ini kembali beradu akting. Tidak saling menutupi, Iqbaal sebagai Piko dan Angga sebagai Ucup memperlihatkan chemistry yang apik di layar lebar. Cukup dengan tatapan mata saja, kita bisa lihat keduanya berkomunikasi. 

Selain Ucup dan Piko, Gofar dan Tuktuk juga dua karakter yang jangan dilewatkan setiap kali muncul. Dari merekalah, khususnya Gofar, candaan di film ini berasal. Rachel Amanda meski kurang meyakinkan sebagai cewek bandar yang punya otak cerdas, tapi aktingnya tetaplah memikat. Mungkin, yang terasa kurang adalah Aghniny Haque yang tidak ada chemistry dengan Iqbaal, padahal mereka diduetkan sebagai pasangan. 


Selain naskah, scoring juga jadi faktor yang membuat film ini enak untuk ditonton. Kita dibawa tegang saat pencurian dilaksanakan hanya dari musik yang dihadirkan Abel Huray. Sebagai sutradara, Angga Dwimas Sasongko bisa dibilang jeli melihat bakat-bakat baru. Jarang-jarang sebuah film Indonesia punya scoring yang kuat dan MRS tentu salah satunya.

Meski tidak terlalu mengganggu jalannya cerita, tapi ada beberapa bagian yang bikin penonton bertanya-tanya. Misalnya, keputusan Piko dan Ucup untuk menyetujui permintaan Permadi dalam menukar lukisan rasanya terlalu cepat dan hanya berdasarkan list pro dan cons yang mereka buat. Tidak ada kekhawatiran, bagaimana kalau nanti mereka tertangkap dan diadili karena mencuri harta negara? Selain itu, untuk anak muda yang belum pernah melakukan pekerjaan serumit ini, rasanya aneh kalau hanya mengandalkan satu rencana saja dari orang yang mereka tidak kenal. Tidak ada rencana cadangan atau Plan B sehingga saat Plan A kacau, semua jadi rusuh. 

Lalu, beberapa julukan yang disematkan di teaser posternya, sedikit kurang digali. Hanya Piko (The Forger), Sarah (The Brute), dan Gofar (The Handyman) yang terasa live up to their name sampai akhir. Sementara, Ucup sebagai The Hacker hanya terlihat menunjukkan keahliannya menjebol server di awal-awal dan lebih banyak turun ke lapangan menjelang akhir, Tuktuk yang disebut sebagai getaway driver mereka juga tidak mendapat scene yang menunjukkan bahwa dia punya kemampuan menyetir yang di atas rata-rata, dan Fella sebagai The Negotiator juga tidak diperlihatkan menunjukkan kemampuan bersilat lidah yang bisa menyelamatkan situasi genting teman-temannya. 


Tapi, sekali lagi, kekurangan minor di atas masih bisa dimaafkan dengan kelebihan-kelebihan lainnya. Melalui MRS, Angga Dwimas Sasongko sukses menaikkan standar film Tanah Air dan mencuri perhatian di tengah genre horor dan drama yang sekarang lebih banyak dipilih para produser. Pencurinya anak-anak muda? Kenapa nggak. Dengan rencana yang bagus dan eksekusi matang, film ini jadi salah satu pembuktian bahwa film pencurian juga bisa diwujudkan di Indonesia.