Sakit jiwa itu nyata dan berbahaya
Joker adalah legenda. Ia salah satu dari villain yang kepopulerannya sanggup menyaingi sang superhero. Dalam
dunia komik DC, Joker dan Batman bagaikan dua koin yang berlawanan sisi. Namun,
hingga saat ini, belum ada satu film pun yang mengangkat asal-usul Joker.
Memang di komik pun asal-usul Joker tidak digambarkan dengan jelas, bahkan
cenderung misterius. Todd Philips pun mencoba mengangkat karakter penjahat
ikonik ini dengan pendekatan realis dan mengambil setting pada tahun 80-an.
Di sini, Joker dikisahkan memiliki nama Arthur Fleck (Joaquin
Phoenix), seorang badut yang hidup berdua dengan ibunya. Hari demi hari, ia
harus berjuang bertahan hidup di tengah kota yang sedang rusuh akibat
kesenjangan yang meningkat. Hingga suatu kejadian membuat hidup Fleck
berubah.
Alur film ini berjalan dengan lambat. Philips tidak terburu-buru
menjelaskan asal-usul Joker dan membuat persiapan yang cukup lama untuk menuju
klimaks. Namun, semua ini akan terbayar saat 15 menit terakhir, di mana di situlah
semua kegilaan yang dialami Fleck mendorongnya menjadi seorang Joker. Bisa
dikatakan, Joker di sini adalah produk dari masyarakat yang rusak serta
kesenjangan ekonomi yang sangat timpang antarwarga.
Walau kita tahu dari komik dan film betapa berbahanya sosok
Joker, namun di sini Philips berhasil membuat kita simpati pada beberapa aspek
kehidupan Fleck. Ia tidak meminta untuk menjadi gila dan sadis, ia hanya ingin
diperlakukan sama dengan orang lain walau memiliki sesuatu yang membuatnya
dilihat “berbeda”.
Phoenix sebagai Joker benar-benar luar biasa. Ia bisa dengan
sangat baik menginterpretasikan tingkah laku Fleck menghadapi tekanan dari
dalam diri dan lingkungan yang keras. Bagaimana gestur dan ekspresinya
benar-benar menggambarkan sosok yang berjuang mengatasi gangguan jiwanya. Kita
akan dibuat kasihan sekaligus ngeri dengan perilaku dan keadaan yang menimpa Fleck.
Walau film ini tidak begitu disturbing
secara visual, tapi jika paham tekanan mental serta angan-angan yang dimiliki Fleck,
kita pasti akan merasa ikut tertekan. Perilakunya yang aneh secara psikologis
akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Sekali lagi, iba dan ngeri pada saat
bersamaan.
Joker adalah sebuah film
tentang studi karakter yang cerdas. Penggambaran asal-usul penjahat paling gila
di dunia dengan realis. Semua kegilaan itu tidak muncul secara tiba-tiba. Ia
adalah produk gagalnya sistem kemanusiaan di masyarakat dan menghasilkan
monster yang dipuja. Jika kita mengira ini film aksi seperti film-film adaptasi
komik lainnya, simpan saja duit kita daripada merasa kecewa.