Siksa Kubur: Usaha Pembuktian Alam Kubur dari Mata Orang Tak Beragama

by Redaksi

Siksa Kubur: Usaha Pembuktian Alam Kubur dari Mata Orang Tak Beragama
EDITOR'S RATING    

Bukan cerita untuk semua orang

Yang sudah pernah menonton film pendek Joko Anwar berjudul sama di Youtube tentu sangat ingat kalau film singkat itu memberi perasaan traumatis yang kuat. Bahkan, dianggap sebagai salah satu film horor terseram. Itu jauh sebelum Joko pindah ke jalur mainstream dan terkenal di khayalak umum dengan Pengabdi Setan. Kesuksesan Pengabdi Setan dan sekuelnya menjadikan Joko sebagai salah satu sutradara horor terbaik. Apalagi, Joko memang piawai sekali membangun adegan tegang yang membuat penonton gelisah sebelum mengejutkan mereka dengan penampakan. Saat berita tersebar kalau Jokan akan memfilmkan ulang "Siksa Kubur", sudah diduga ekspektasi tinggi tidak bisa dicegah. Apalagi pemain yang bergabung adalah nama-nama kaliber perfilman indonesia dengan jam terbang tinggi...

..hingga film Siksa Kubur rilis pada hari kedua Lebaran di tahun 2024. 

Ekspektasi yang sudah tinggi menjadi runtuh seketika saat apa yang disajikan di layar ternyata tidak lebih hanya pengulangan treatment horor yang sudah pernah ia lakukan di film-film sebelumnya dengan cerita yang lebih banyak membuat kening berkerut dibanding menikmati. Mungkin, memang benar adanya kalau pemikiran manusia itu terbatas dan interpretasi mereka akan hal-hal ilahi tidak akan sampai. Yang ada, hanya cerita berputar-putar yang malah cenderung membosankan hingga twist pun tidak sanggup menghapus rasa kecewa yang sudah terpupuk.


Jokan tentu paham, jika menggambarkan siksa kubur secara apa adanya seperti yang tertulis di kitab-kitab suci akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan tertentu. Ia juga sepertinya belajar dari film Siksa Neraka yang mencoba menggambarkan neraka, tapi hasilnya terlihat seperti film penyiksaan kelas B. Maka ia mencampur pemahaman orang-orang tentang siksa kubur dengan pemikiran dirinya sendiri. Jadi, siksa kubur ada, tetapi setiap orang akan mendapatkan siksa yang berbeda tergantung apa yang paling mereka takuti. Bagaimana bentuk siksaannya, kalian bisa saksikan sendiri di bioskop.

Puncak Jokan sepertinya memang sudah tercapai saat Pengabdi Setan 1. Film itu terasa begitu fresh dalam membangun kengerian. Banyak hal ikonik yang menjadi tren. Pengabdi Setan 2, Perempuan Tanah Jahanam, dan terakhir Siksa Kubur terasa berbeda dari segi cerita, namun mengulangi pendekatan yang sama. Satu lagi kesamaan dari film-film setelah PS 1 adalah mereka memiliki set up cerita yang besar, terkesan darurat dan mencekam, tetapi di ujung film tidak terasa seperti itu dan akhirnya selesai dengan mudah saja. 


Film ini juga terasa berjarak dengan penontonnya. Sama sekali tidak ada rasa kepedulian yang timbul dari penonton untuk karakter-karakter yang ada di sini. Sebanyak itu pemain ternama tidak ada yang terlihat natural sama sekali. Mereka seolah berlomba menciptakan ciri khas unik pada karakter mereka yang jadinya malah mengganggu dan tidak ada manfaatnya. Bahkan, sesama karakter dalam film saja tidak ada ikatan emosi sama sekali. Jadi, sekiranya pun semua karakter ini mati dan disiksa, penonton mungkin tetap mengantuk tidak peduli.

Satu-satunya hal yang asik untuk dilihat dalam film ini adalah siksa kuburnya saat mayat yang penuh dosa dihantam, dipatok ular, dan dihancurkan oleh makhluk yang wujudnya lumayan seram. Sederhana, membekas, dan brutal. Sayangnya, di saat kita fokus pada penyiksaan, muncullah suara orang ber-shawalat yang juga muncul dalam bentuk subtitle. Meski hit and miss, tapi usaha Jokan untuk melibatkan penonton ke dalam filmnya, bisa dibilang cukup menarik. Namun, tidak dijelaskan dari mana suara shalawat itu berasal. 

Sayangnya, sebuah adegan penutup di ujung film menegaskan kalau semua yang kita lihat selama satu jam terakhir hanyalah idealisme seorang Joko Anwar. Siksaan ideal bagi penonton yang berharap film ini ada isinya.