Pengabdi Setan: Tribut yang Berhasil dari Salah Satu Film Horor Ikonik

by Dwi Retno Kusuma Wardhany

Pengabdi Setan: Tribut yang Berhasil dari Salah Satu Film Horor Ikonik
EDITOR'S RATING    

Sama halnya seperti komedi, horor itu tergantung selera. Apa yang dianggap beberapa orang sudah cukup menyeramkan, bisa jadi hanya dipandang remeh oleh orang lain. Beberapa film horor Indonesia akhir-akhir ini, meski berhasil menarik banyak penonton, ternyata toh dianggap tidak terlalu seram. Lalu, bagaimana dengan remake Pengabdi Setan yang dianggap sebagai film horor legendaris sejak perilisannya pada tahun 1982? Apakah sanggup menyamai film orisinalnya?

Rini, Tony, Bondi, dan Ian tinggal di sebuah rumah tua bersama Ayah, Nenek, dan Ibu mereka yang jatuh sakit sejak tiga tahun lalu. Kondisi keuangan mereka bisa dibilang terseok-seok dan harus menebus rumah yang digadaikan. Saat Ibu meninggal dunia, Rini sebagai anak tertua bertugas merawat adik-adiknya, sementara Ayah dinas ke luar kota. Namun, berbagai hal aneh mulai terjadi. Ibu kembali lagi. Apa yang diinginkan Ibu? Benarkah beliau hanya ingin menjenguk anak-anaknya?

Mengingat ini adalah salah satu film favorit Joko Anwar, maka tidak heran jika Joko men-treat film ini dengan penuh kehati-hatian. Mulai dari lokasi, properti, musik, hingga dialog, semuanya berusaha mencerminkan tahun 1981, tahun kejadian dalam film berlangsung. Bagi yang tidak biasa, mungkin akan merasa aneh karena cara bicara tiap karakternya terasa kaku. Namun, memang itulah yang akan kita dengar saat menyaksikan film-film tahun 1980-an.


Lokasi pun juga terasa mendukung atmosfer kengerian dalam filmnya karena ternyata rumah yang dipakai sebagai tempat syuting memang salah satu rumah yang acap kali dijadikan aksi uji nyali para pemburu hantu. Joko yang sadar bahwa rumah ini merupakan salah satu elemen penting pendukung film ini kerap menyorotnya dari luar dalam siluet cahaya bulan. Tingkat kengeriannya bisa dibilang menyamai rumah Amityville yang legendaris tersebut.

Joko juga piawai dalam meramu adegan-adegan menyeramkan yang melibatkan penampakan-penampakan. Mungkin beberapa di antara yang menyaksikan akan mengatakan bahwa adegan tersebut kurang orisinil karena mengingatkan dengan beberapa film-film horor Barat. Namun, dengan ciri khasnya, Joko menyuntikkan tambahan kengerian yang membuat kita mungkin sulit memejamkan mata saat tidur malam-malam.

Satu hal yang patut diacungi jempol adalah lagu berjudul “Kelam Malam” yang dinyanyikan Aimee Saras. Tembang lawas ini dijamin akan terus terngiang-ngiang di telinga. Mendengar sepenggal baitnya saja sudah bikin merinding. Joko sukses mengubah lagu yang liriknya bernada sendu ini menjadi lagu teror yang membuat kita berdebar-debar setiap mendengarnya.


Joko sendiri tidak langsung menyuguhi teror yang melingkupi karakter-karakternya, tanpa membangun kepedulian penonton terhadap nasib mereka. Karena itu, Joko memperkenalkan karakternya satu demi satu agar penonton merasa dekat dan ikut gemas, ketakutan, bahkan gregetan saat mereka dalam bahaya. Masing-masing punya peran, bukan sekadar numpang lewat setelah itu gampang terlupakan.

Sebagai seorang penggemar, Joko sukses menghadirkan Pengabdi Setan versinya sendiri tanpa menghancurkan imej film orisinalnya. Jika banyak yang menyangsikan bahwa remake akan sama bagus, bahkan melebihi (dalam opini kami), film orisinalnya, maka Pengabdi Setan 2017 inilah jawabannya.

 

 

Artikel Terkait