Premis yang baik, namun eksekusi sangat lemah.
Mengambil latar 2030 di sebuah negara yang situasinya agak berantakan setelah pandemi terjadi sepuluh tahun lalu. Sebuah organisasi bernama The Light muncul dan berusaha memperbaiki kehidupan para remaja dengan menjadi versi terbaik dari diri mereka melalui aplikasi matchmaking.
Jika diminta menyimpulkan, film ini tidak jelas dan serba tanggung. Tiga sahabat (Salina, Tara, dan Ulfah) yang menjadi karakter utama tidak punya motif yang cukup kuat untuk masuk The Light. Selain itu, latar belakang ketiganya juga kurang digali. Kita hanya tahu bahwa mereka teman sejak kecil. Namun, sikap dan chemistry mereka tidak memperlihatkan bahwa persahabatan mereka sudah terjalin sejak lama.
Entah lupa atau memang terlalu fokus pada konflik di dalam The Light, film ini sama sekali tidak memberikan penjelasan bagaimana The Light dibangun, apa yang membuat mereka begitu kuat, dan kenapa Ali dan Sofia bisa jadi pasangan yang berpengaruh. Sosok Chicco Jerikho sebagai Ali Khan pun tidak memberikan vibe yang kharismatik melalui pidatonya. Lebih condong ke arah "tebar pesona."
Plot cerita A World Without seakan diburu-buru, entah oleh apa. Sangat terasa saat Salina (Amanda Rawles) menyukai salah satu cowok anggota The Light, Hafiz (Jerome Kurnia). Tanpa membangun chemistry dengan baik, mereka tiba-tiba jadi dekat. Hal ini membuat penonton jadi tidak bisa memberi simpati saat Salina ditinggal Hafiz. Bahkan, ending-nya pun membuat kita gemas karena "hanya segitu saja." Memang, ada maksud dibuat menggantung, tapi setidaknya berikan penutup atau konklusi yang cukup memuaskan.
Meski memiliki premis yang menarik, A World Without benar-benar lemah dari segi eksekusi. Membuat film ini hanya mengundang rasa penasaran di awal dan ditinggalkan karena membosankan.