The Most Beautiful Girl in the World - Bak Hujan di Tengah Matahari: Manis, Romantis, dan Segar

by Redaksi

The Most Beautiful Girl in the World - Bak Hujan di Tengah Matahari: Manis, Romantis, dan Segar
EDITOR'S RATING    

Kangen romcom lokal? Film ini wajib tonton!

Perfilman Indonesia saat ini disesaki oleh horor atau drama yang mengharu-biru. Kalau tidak ditakut-takuti, penonton akan dipaksa untuk menangis. Komedi-romantis dengan tema klise benci-akhirnya-cinta bisa dibilang jarang dilirik. Selain karena butuh dua pemeran utama dengan karakter kuat, chemistry dan juga naskah bagus cukup menentukan. Kini, hadir romcom yang mempertemukan dua peraih Piala Citra, yaitu Reza Rahadian dan Sheila Dara dengan latar dunia pertelevisian dan acara ragam dalam film terbaru Netflix, The Most Beautiful Girl in the World

Reuben Wiraatmaja, tampan, terkenal, anak pemilik Win TV, Gunadi Wiraatmaja. Meninggalnya Gunadi yang mendadak malah mendatangkan kebingungan bagi Reuben. Masalahnya, mendiang Gunadi menjanjikan bahwa semua harta yang dimilikinya, termasuk Win TV, akan Reuben dapatkan setelah ia menikah dengan gadis tercantik di dunia. Maka, dimulailah pencarian tersebut dengan memakai acara ragam The Most Beautiful Girl in the World buatan sang ayah di Win TV. Reuben tentu tidak sendiri karena ia terpaksa bekerja sama dengan asisten produser yang punya ambisi menjadi produser dan galaknya setengah mati, Kiara. Namun, perlahan tapi pasti, dua manusia beda sifat ini mulai saling mengerti dan belajar memahami satu sama lain saat terjebak di sebuah pulau terpencil bersama.


Seperti halnya film-film romcom di Hollywood sana, dua karakter utamanya adalah "nyawa" bagi film ini. Pemilihan Reza Rahadian dan Sheila Dara jelas pilihan yang tepat. Akting keduanya tidak perlu diragukan lagi. Mereka bisa men-deliver kalimat-kalimat manis, galak, nyindir, hingga yang deep dengan pas, layaknya dua orang yang sedang berinteraksi di dunia nyata. Chemistry keduanya pun seperti orang yang dari-benci-jadi-cinta. Hanya dari tatapan mata pun, kita bisa melihat rasa kagum, bahagia, senang, hingga cinta. Dengan akting yang mengalir lancar ini, nyaris tidak ada momen cringe saat mereka hadir di satu layar. Menonton Reza bermain rom-com jelas menyegarkan setelah deretan filmnya yang kebanyakan drama. 

Selain akting, naskah pun juga penting. Percuma saja memiliki dua pemain utama bagus, namun naskahnya malah kedodoran. Hal ini untungnya tidak terjadi di The Most Beautiful Girl in the World. Semua pemain tampil dengan porsi yang cukup dan tidak sekadar tempelan. Bahkan, Jimmy (Kevin Julio) dan Dita (Dea Panendra) punya momennya tersendiri. Sayang, menjelang 1/3 akhir, film terasa melambat, terutama saat Reuben berkonflik dengan ibunya. Durasinya pun terasa sedikit terlalu panjang dan mungkin membuat rasa excitement penonton sedikit berkurang. Namun, secara keseluruhan, naskah yang ditulis Robert Ronny (juga sebagai sutradara), Titien Wattimena, dan Ifan Ismail berhasil menciptakan banyak "aaawww" moment dan menghadirkan penutup yang manis bagi kedua karakter ini.


Sektor ketiga adalah soundtrack. Bukan rahasia lagi bahwa film-film bertema rom-com pasti memiliki lagu tema yang membuat penontonnya bisa ikut bernyanyi saat muncul di tengah-tengah film. Sekali lagi, hal ini dimiliki pula oleh The Most Beautiful Girl in the World. Ada "Pilu Membiru" dan "Terlalu Lama Sendiri" oleh Kunto Aji, "Senja Teduh Pelita" milik Maliq & D'essentials, "Cantik" dari Kahitna, dan masih banyak lagi. Pemilihan lagu lintas genre ini jelas membantu membangun vibe filmnya dengan baik. 

Menariknya, meski dengan balutan rom-com yang terasa ringan, namun film ini menyinggung hal yang bisa dibilang berat: stereotip wanita di era modern ini. Dengan banyaknya acara TV, ajang kecantikan, dan media sosial, gambaran wanita cantik dan sempurna seakan sudah jelas. The Most Beautiful Girl in the World mencoba mengkritisi itu. Tidak hanya itu, karakter Kiara juga lantang menyuarakan ketidaksetujuannya pada acara mencari jodoh di televisi yang terkesan misoginis dan merendahkan perempuan. Dengan kesempatan yang didapat, ia pun berusaha mengubahnya menjadi acara yang tidak membuat perempuan menjadi bulan-bulanan media dan masyarakat.


Kangen dengan rom-com ala Sleepless in Seattle, She's All That, atau 10 Things I Hate About You saat tema klise terus diangkat, tapi diolah dengan tidak monoton? The Most Beautiful Girl in the World akan sedikit mengobati kerinduan itu, apalagi di dunia perfilman Indonesia yang kering akan film-film semacam ini,  tentu apa yang dihadirkan ini bak hujan ringan di tengah terik sinar matahari: manis, romantis, dan segar.

The Most Beautiful Girl in the World sudah tayang di Netflix.