Sebuah kisah cinta remaja yang dikemas dengan mewah.
Dari
enam film yang sudah dikeluarkan Screenplay
Films yang mengusung tema remaja, kisahnya memang nyaris serupa. Pergantian
mungkin hanya pada lokasi syuting yang memakai kota-kota cantik di seluruh
dunia dan para pemainnya. One Fine Day pun
tidak terkecuali.
Ber-setting di Barcelona, Michelle Ziudith
kali ini dipertemukan dengan Jefri Nichol untuk pertama kalinya setelah bolak-balik
beradu akting dengan Dimas Anggara dan Rizky Nazar. Baik Michelle mau pun Jefri
memang bisa dibilang sedang naik daun. Mereka berdua adalah penarik pangsa
pasar remaja untuk berbondong-bondong ke bioskop. Terbukti, hingga saat ini,
film-film yang mereka bintangi memang kerap kali memperoleh hasil yang lumayan.
Masuknya
Jefri ke dalam produksi Screenplay Films memang cukup membawa angin segar bagi
yang ingin melihat bintang muda lainnya. Namun, akting Jefri pun bisa dibilang masih
butuh diasah lebih jauh. Karakternya sebagai Mahesa, seorang penipu yang mengincar
gadis-gadis cantik pun, terasa kurang berkesan. Untunglah, celetukan-celetukan
khasnya sanggup bikin penonton sedikit terhibur. Michelle sendiri meski
memerankan sosok sosialita, namun aktingnya ceria tidak berbeda jauh dengan
film I Love You From 38.000 Feet.
Tisa TS rupanya masih belum berani memberikan karakter yang berbeda 180 derajat
dari yang selama ini ia ciptakan.
Kemunculan
dua sosok teman Jefri, yaitu Ibnu Jamil (Neymar) dan Dimaz Andrean (Revan)
ternyata tidak berpengaruh banyak terhadap konflik yang diketengahkan. Memang,
fokus utama ada pada cinta segitiga antara Danu (Maxime Bouttier), Alana, dan
Mahesa. Sayang memang, karena di satu momen, Mahesa sempat berkonflik dengan
kedua temannya, namun dibuat tanpa ada penyelesaian lebih lanjut.
Lokasi
di Barcelona pun sebenarnya bisa diganti dengan kota-kota lain karena naskah
Tisa TS yang cenderung tidak menempatkan kota tersebut sebagai hal yang krusial
dalam filmnya. Saat melewati satu hari indah bersama, Alana dan Mahesa tidak mengunjungi
lokasi-lokasi bersejarah atau pun tempat-tempat menarik untuk dikenalkan kepada
para penonton. Namun, sepertinya inilah faktor yang ingin ditonjolkan
Screenplay Films dengan sinetron-sinetron remaja mereka. Menjual keindahan
kota-kota di luar negeri.
Sayangnya,
syuting dilakukan tanpa persiapan proper membuat
beberapa adegan terasa kurang enak dilihat. Terutama, jika melibatkan keramaian
umum. Warga atau turis yang kebetulan ada di lokasi syuting tampak menatap
kamera secara terang-terangan bahkan menunjuk-nunjuk ke arah dua karakter
utamanya. Bagi remaja penggemar Jefri dan Michelle, hal ini mungkin tidak
penting. Tapi, bagi penikmat film lain, kondisi seperti ini jelas mengganggu.
Salah
satu hal yang patut diacungi jempol dari produksi Screenplay Films selama ini
adalah pilihan lagunya yang asyik dan sesuai dengan kisahnya. Kali ini, lagu
berjudul “Te Amo, Mi Amor” dengan nada dan lirik yang keseluruhannya berbahasa
Spanyol dan didendangkan sepanjang film sanggup membuat benak kita sukses
mengulang-ulang lagu tersebut bahkan setelah menontonnya.
One Fine Day mungkin akan kembali mengulang
pencapaian kesuksesan Screenplay Films, namun lagi-lagi tata teknis harus
diperbaiki jika ingin meningkatkan level mereka. Bukan hanya sekadar syuting
berpindah-pindah kota cantik di Eropa.